Selasa, 21 Februari 2012

UPAYA MENINGKATKAN PERANAN KELUARGA DALAM MENDIDIK PERILAKU REMAJA BUDDHIS


1 Peranan Keluarga Dalam Mendidik Perilaku Remaja Buddhis

Mendidik adalah memelihara dan memberikan latihan mengenai perilaku dan kecerdasan pikiran. Sebelum keluarga memberikan suatu pendidikan kepada anak remajanya tentu harus memiliki pemahaman mengenai pengertian mendidik agar nantinya keluarga tidak salah arah dalam menentukan pola pendidikan yang diterapkan pada anak remajanya. Dalam memberikan pendidikan keluarga harus memiliki landasan dan dasar yang kuat yaitu dengan memahami apa yang sudah diajarkan oleh Buddha dalam Sigalovada Sutta yang menjelaskan bagaimana cara mendidik anak yang benar. Hendaknya keluarga berpedoman pada isi sutta ini agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam mendidik anak. Keluarga juga harus benar-benar memahami apa yang memang dibutuhkan oleh remaja dalam hal mendidiknya.

1.1 Menanamkan Nilai-nilai Dhamma

Nilai Dhamma sangat penting bagi remaja dalam perkembangan pola perilakunya. Orang tua sebagai pendidik harus mengupayakan memberikan pendidikan  Dhamma sebagai benteng diri dalam berperilaku yaitu dengan menanamkan latihan kemoralitasan yaitu pancasila Buddhis dengan tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berbuat asusila, tidak berbohong, tidak minum minuman keras. Dengan menanamkan latihan dasar melalui pancasila Buddhis anak akan memahami berbagai bentuk latihan pengendalian diri bahwa membunuh, mencuri, berbuat asusila, berbohong dan minum-minuman keras adalah tindakan yang melanggar norma agama. Dalam mendidik remaja orang tua harus memasukkan nilai-nilai Dhamma yang kuat agar remaja memiliki keyakinan akan agamanya, dengan memiliki keyakinan akan nilai-nilai Dhamma remaja tidak akan mudah terpengaruh akan hal-hal negatif yang akan mempengaruhi perilakunya. 
Orang tua juga harus mengajarkan cinta kasih kepada semua makhluk hidup dan rasa simpati kepada orang lain agar dalam diri remaja tumbuh saling menghargai antara individu. Dalam mengajarkan cinta kasih dan rasa simpati orang tua harus memberikan contoh sederhana melalui tindakan dan perbuatan karena dengan dicontohkan melalui tindakan dan perbuatan maka remaja akan lebih mudah mengerti bagaimana memancarkan cinta kasih dan memunculkan rasa simpati pada dirinya. Orang tua juga harus memberitahukan manfaat dari memancarkan  cinta kasih dan rasa simpati agar anak akan lebih tertarik untuk melakukan tindakan pemancaran cinta kasih. Dengan memberikan pendidikan tentang nilai-nilai Dhamma ini remaja akan memiliki benteng dalam melakukan sesuatu hal agar tidak terjerumus kearah pergaulan yang menyimpang.

1.2 Memberikan Pendidikan yang Sesuai

Pendidikan yang baik sebenarnya adalah warisan yang paling berharga yang diberikan orang tua kepada anak. Melatih dan mengajarkan  anak memiliki kepandaian dan keterampilan agar anak mempunyai profesi yang dapat diandalkan, sebagai modal untuk mandiri adalah sangat penting, karena suatu  saat anak akan mencari nafkah sendiri, Buddha mengatakan bahwa memiliki pengetahuan dan keterampilan adalah berkah utama. Keluarga harus selalu memperhatikan pendidikan anak jangan sampai pendidikan yang harus ditempuh anak terbengkalai. Pengarahan keluarga akan pendidikan sangat berpengaruh bagi anak karena pendidikan yang pertama kali diterima anak ada dalam keluarga, sebagai tempat pendidikan pertama bagi anak keluarga harus memberikan pendidikan yang sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki anak. Pemberian keterampilan-keterampilan dalam berbagai bidang juga harus diberikan kepada anak sebagai bekal dalam menempuh kehidupan mandiri tanpa menggantungkan lagi hidupnya pada keluarga.
Keluarga dalam memberikan pendidikan ini tidak boleh lepas dari nilai-nilai agama sebagai pondasi anak untuk mengendalikan perbuatannya agar anak tidak  menggunakan kepintarnya menjadi sesuatu yang merugikan orang banyak. Pendidikan dan keahlian yang diberikan kepada anak tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral, etik dan spiritual agar pengetahuan yang dimiliki bermanfat bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara serta agama. Keluarga juga harus memberikan pemahaman apabila nantinya anak memiliki pengetahuan, kepandaian dan keahlian apapun tidak boleh didasari oleh perbuatan buruk. Keluarga juga harus membimbing anak-anaknya agar selalu hidup hemat, serta memperhatikan cara hidup yang baik agar nantinya ia dapat mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri.

1.3 Menanamkan Disiplin

Masa remaja merupakan masa bergejolak dimana remaja mulai mencari jati dirinya, dalam masa pencarian jati dirinya remaja melakukan tindakan-tindakan penentangan baik pada orang tua dan aturan-aturan di masyarakat. Dalam pencarian jati diri ini keluarga harus memberikan peratuan disiplin yang ketat pada remaja dan juga memberikan perhatian penuh terhadap perilaku-perilaku yang dilakukan remaja. Menanamkan disiplin ini bertujuan agar anak remaja dapat mengendalikan diri dan berperilaku baik. Penanaman disiplin baik di keluarga maupun di masyarakat harus diberikan kepada remaja agar remaja dapat mematuhi dan menghargai peraturan yang ada disekelilingnya. 
Keluarga pasti mengharapkan anak remajanya memiliki disiplin diri baik dalam lingkungan keluarganya dan masyarakat. Mendidik remaja agar menjadi disiplin merupakan kewajiban bagi keluarga. Keluarga harus memberikan peraturan-peraturan untuk remaja agar perilakunya dapat terbatasi oleh aturan yang telah dibuat. Pembuatan aturan ini harus melibatkan anak dalam pembuatannya, agar anak dapat menerima dan menyesuaikan peraturan yang dibuat juga. Apabila anak tidak dilibatkan dalam membuat peraturan dalam rumah maka anak akan merasa tertekan akan peraturan yang dibuat dan akan cenderung melanggar peraturan yang dibuat oleh keluarga. Setelah peraturan baru telah disepakati maka keluarga perlu selalu mengingatkan agar anak benar-benar menjalankan peratuaran. Pembuatan peraturan seperti ini akan lebih efektif untuk membuat anak remaja menjadi lebih disiplin.

1.4 Memberikan Teladan yang Baik

Orang tua sebagai guru awal bagi anak senantiasa harus memberikan teladan yang baik bagi anak dalam kondisi apapun. Selain menjadi teladan orang tua juga harus menunjukkan perilaku-perilaku baik yang harus ditunjukkan pada anak agar anak dapat menerima apa yang telah dicontohkan orang tuanya. Anak akan mudah menerima dan memahami apa yang diajarkan orang tuanya apabila terlebih dahulu mencontohkan prilaku yang baik. Misalnya orang tua mengajarkan anak untuk berdana, maka orang tua harus mencontohkan bagimana berdana yang baik. Dari melihat apa yang dicontohkan oleh orang tuanya, anak akan memahami dan mengerti bagaimana cara berdana itu. Orang tua harus menghindarkan contoh perilaku yang tidak baik pada anak remajanya karena anak saat usia remaja mudah terpengaruh akan suatu hal yang belum diketahuinya.
Pemberian teladan ini merupakan cara yang efektif bagi anak remaja karena perilaku yang dilakukan orang tua akan menjadi tolok ukur bagi perilaku yang akan diperbuat oleh anak nantinya. Perilaku remaja ini cenderung meniru perilaku orang disekitarnya maka dari itu keluraga harus berhati-hati dengan keadaan lingkungan keluarga, masyarakat, dan teman sebayanya sebab ini akan banyak mempengaruhi pola perilaku anak. Upayakan selalu mengontrol pergaulan anak dan selalu melibatkan anak dalam kegiatan yang bersifat positif sesuai dengan bakat yang dimiliki anak agar anak memiliki kesibukan sebagai pengalihan perhatian dengan lingkungan yang membuatnya berperilaku tidak baik.

1.5 Memberikan Pengetahuan Cara Bergaul yang Benar

Cara bergaul dalam masyarakat memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik dalam cara berperilaku dan gaya bahasanya, dari perbedaan cara bergaul ini akan mempengaruhi remaja baik sikap maupun perilakunya. Remaja dalam bergaul harus mempunyai dasar sikap yang baik agar tidak terjerumus pada hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam hal bergaul remaja harus mempunyai sifat fleksibel, karena pergaulan tidak melihat apa dan dengan siapa kita bergaul. Dalam bergaul niat baik harus dimunculkan pada diri kita seperti sabda Buddha yaitu “janganlah bergaul dengan orang jahat, jangan bergaul dengan orang yang berbudi rendah, tetapi bergaullah dengan dengan sahabat yang baik, bergaullah dengan orang yang berbudi luhur”. Keluarga harus memberikan pendidikan bagaimana cara bergaul yang benar kepada anak remajanya dengan berpedoman apa yang sudah disabdakan oleh Buddha, anak harus diarahkan untuk bergaul dengan sahabat sahabat yang baik dan orang yang berbudi luhur atau yang beperilaku baik. Dengan mengarahkan anak untuk bergaul dengan sahabat dan orang yang berbudi luhur maka perilaku anak remaja kita nantinya juga akan baik.
Cara bergaul yang ideal sangat penting diberikan bagi remaja yaitu dengan memberikan pemahaman tentang bagaimana niat bergaul, cara bergaul, dan tujuan bergaul. Setiap keluarga pasti menginginkan pergaulan anak remajanya mengarah ke hal yang positif, maka dari itu keluarga harus memberikan pemahaman akan cara bergaul yang benar kepada anak remajanya. Keluarga juga harus memberitahukan kepada anak manfaat cara bergaul yang benar yaitu apabila remaja yang dapat mengerti akan kesadaran dan pengertian dalam tujuan bergaul akan memperoleh manfaat yaitu: (1) jika pergaulan didasari dengan kesadaran dan pengertian, dapat hidup bersama saling bahu membahu tanpa menumbuhkan saling mencurigai, sehingga akan terwujud kehidupan damai dalam diri juga damai dalam bermasyarakat, (2) perasaan simpati akan diperoleh oleh kedua belah pihak sebagai tali persahabatan sejati yang mampu mengatasi keadaan suka maupun duka dalam pergaulan, (3) saling meningkatkan akan nilai-nilai kebijakan dan melakukan perbuatan baik, (4) mempunyai kerelaan yang tulus untuk berkorban 

2 Penyebab Pola Perilaku Remaja Buddhis Menyimpang 

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Perilaku yang dilakukan setiap remaja satu dengan remaja lain pasti berbeda sesuai dengan apa yang mempengaruhi remaja baik lingkungan keluarga, teman sebaya, sekolah, dan masyarakat. Keluarga harus bisa mengetahui dan memahami yang menyebabkan perilaku anak remajanya yang menyimpang sebagai acuan untuk mendidik anaknya menjadi lebih baik.

2.1 Keluarga yang Tidak Memperhatikan Pola Perilaku Remaja

Banyak keluarga yang karena kesibukan dalam hal pekerjaan tidak memperhatikan perilaku anak remajanya, sehingga menyebabkan perilaku remaja menjadi menyimpang dengan apa yang diharapkan oleh keluarganya. Kesibukan dalam keluarga ini cenderung tidak memperhatikan pola perilaku anak remaja sehingga dalam mendidik akan muncul berbagai hal sebagai berikut:

2.1.1 Tidak Kompak Dalam Mendidik

Pertumbuhan anak secara baik dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan sosial serta ditentukan oleh tingkat kekompakan kedua orang tua, dan oleh kesepakatan mereka tentang tujuan yang ingin dicapai dalam mengolah pendidikan dan pertumbuhan anak-anak mereka. Tidak adanya kekompakan kedua orang tuanya dalam mengambil strategi pendidikan anak, membuat anak bingung dan mengalami guncangan dalam perilakunya. Ada contoh kasus seorang anak yang ingin keluar rumah untuk bermain bersama temannya kemudian ibunya melarangnya dengan alasan bahwa teman bermainnya suka berkelahi, sementara ayahnya mengijinkan keluar dengan alasan bahwa anak perlu berinteraksi agar belajar bagaimana bergaul. Dengan sikap seperti ini anak akan mengalami kebingungan siapa yang harus dipatuhi, padahal anak ini tahu harus mematuhi kedua orang tuanya. Keadaan yang seperti ini akan menimbulkan dampak buruk bagi anak karena akan menjadi penghalang dalam membangun kepribadian anak secara baik. Kebingungan anak akan ketidak kompakkan orang tuanya ini menyebabkan anak akan menjadi ragu dan tidak patuh dengan apa yang diinstruksikan oleh orang tuanya. 
Seorang anak membutuhkan komunikasi yang jelas dari kedua orang tuanya karena anak ingin memastikan kedua orang tuanya ini ada kesepahaman dan kekompakan dalam menangani problem-problem perilakunya. Jika orang tua menginginkan anak-anaknya tumbuh secara baik hendaknya mereka mengevaluasi apa yang seharusnya mereka lakukan dalam merespon perilaku anak-anak mereka. Mereka harus mengingatkan kekompakan dan komunikasi satu sama lain terutama dalam merespon perilaku sosial yang dilakukan oleh anak. Mereka juga harus menentukan dan menyepakati perbuatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh anak. Orang tua harus selalu menujukkan kekompakannya dalam mendidik anak, jangan sampai ibu melarang suatu perbuatan dan ayah memperbolehkannya juga janganlah menampakan pertentangan dihadapan anak.

2.1.2 Tidak Berusaha Mengetahui Motif Anak Melakukan Perilaku Salah

Banyak anak yang melakukan perilaku salah yaitu dengan melakukan tidakan-tindakan yang melanggar aturan yang berada dilingkup keluarga maupun masyarakat. Dalam hal ini anak banyak berperilaku salah adalah sebagai upaya menarik perhatian orang tuanya agar anak ini dapat memperoleh perhatian  lebih dari orang tuanya. Perilaku yang dilakukan anak ini kadang disikapi oleh orang tua secara tidak benar bahwa kesalahan yang dilakukan ini adalah perilaku buruk anak. Orang tua yang tidak berusaha mengetahui dan tidak memahami perilaku salah yang dilakukan oleh anaknya akan memunculkan perilaku anak yang lebih buruk. 
Orang tua seharusnya berusaha mengetahui dan memahami perilaku salah anaknya sebagai wujud perhatian kepada anak. Anak sangat membutuhkan perhatian yang ekstra dalam setiap tindakannya, apabila perhatiannya kurang anak cenderung melakukan perilaku salah sebagai upaya mencari perhatian orang tuanya agar orang tunya ini menaruh semua cinta dan perhatiannya pada dirinya. Pemahaman orang tua terhadap sikap anak yang melakukan perilaku salah ini akan menjadikan anak mengerti bahwa orang tua benar-benar memperhatikannya dan berusaha memberikan kasih sayang sepenuhnya.

2.1.3 Tidak Memenuhi Kebutuhan Kasih Sayang Pada Anak

Kasih sayang sangat dibutuhkan oleh seorang anak, karena kasih sayang sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan karakter anak. Kasih sayang yang diberikan orang tua terhadap anak akan membuat orang tua dapat lebih memahami anak. Sehingga orang tua lebih mudah memberikan arahan secara penuh kesabaran dan pengertian yang dalam. Dalam pemenuhan kasih sayang orang tua pada anak harus sesuai dengan kebutuhan anak jangan sampai dalam pemenuhan kasih sayang ini orang tua memberikanya secara berlebihan dan kurang kepada anak. Pemenuhan kasih sayang pada anak yang sesuai kebutuhan ini akan lebih membentuk kedekatan yang baik antra keluarga dan anak. Apabila keluarga memberikan perhatian yang lebih atau kasih sayang yang berlebihan pada anak akan berdampak negatif dikemudian hari bagi anak dalam masa perkembangannya. Akibat negatif apabila anak dimanja dan disayangi secara berlebihan yaitu anak jadi penakut, kuper dan lain sebagainya atau bahasa umumnya anak mama. Kewajiban orangtua kepada anaknya merupakan suatu hal yang harus dilakukan oleh orangtua, agar menjadi anak yang baik setelah besar nanti. Orang tua dalam mendidik anak-anaknya harus selalu bertanggung jawab dan memiliki sifat kasih sayang serta rela menderita dan berkorban demi anak-anaknya. 
Kedekatan orang tua sangat penting bagi perkembangan anak. Secara khusus orang tua harus memberikan arahan akan pentingnya kasih sayang yang cukup dari orang tua ke anak. Dengan pemberian kasih sayang yang tepat ini akan memberikan dampak positif bagi anak yaitu (1) menumbuhkan rasa percaya diripada anak: Perhatian dan kasih sayang orang tua yang stabil, menumbuhkan keyakinan bahwa dirinya berharga bagi orang lain, (2) Menumbuhkan semangat mengasihi sesama dan peduli pada orang lain: Anak yang tumbuh dalam hubungan kasih sayang yang hangat, akan memiliki kepekaan yang tinggi terhadap kebutuhan sekitarnya. Anak akan mempunyai kepedulian sosial yang tinggi, membantu kesusahan orang lain menjadi kebutuhannya. 

2.2 Pola Asuh yang Salah Dalam Keluarga

Pola asuh dalam keluarga ini merupakan interaksi antara anak dengan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat.
Dalam penerapan pola asuh ini keluarga harus menentukan pola asuh apa yang akan diterapkan dalam mendidik anaknya yaitu pola asuh otoriter, bebas dan demokratis. 
Dalam penerapan pola asuh ini keluarga sering kali mengalami kesalahan memahami makna dan pengertian dari pola asuh yang diambil sehingga dalam mendidik anak akan banyak mengalami tekanan, perilaku yang menyimpang dan perilakunya banyak mengarah ke hal yang tidak baik. Pemilihan  tipe pola asuh dalam keluarga harus benar-benar dipertimbangkan secara matang sesuai dengan kondisi dan karakter anak agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal dalam mendidik.

3 Mengatasi Pola Perilaku Menyimpang Remaja Buddhis

Perkembangan yang dialami pada masa remaja baik fisik maupun kejiwaannya terjadi sangat cepat, pada perubahan ini remaja mengalami masa transisi untuk menemukan identitas pada dirinya. Masa transisi ini membuat remaja melakukan perilaku-perilaku yang menyimpang seperti seks bebas, kriminalitas, narkoba, dan sebagainya. Sebelum terjadi penyimpangan perilaku-perilaku yang akan mengakibatkan remaja menjadi rusak, maka keluarga harus mengantisipasi dengan melakukan pencegahan dan penanggulangan agar anak remajanya tidak mengalami penyimpangan perilaku

3.1 Pencegahan Perilaku Menyimapang Remaja

Perilaku menyimpang pada remaja dapat disebabkan dari faktor keluarga yang kurang memperhatikannya dan kurangnya kasih sayang yang diberikan keluarga kepada remaja. Diusia remaja anak cenderung membutuhkan kasih sayang yang lebih, bila kebutuhan kasih sayang yang remaja butuhkan ini tidak didapatkan dari keluarganya, maka remaja akan cenderung mencarinya diluar keluarga. Kebanyakan remaja akan mudah terpengaruh akan lingkungan luar yang cenderung mengarah kehal-hal negatif seperti premanisme, tawuran, seks bebas, narkoba, kriminalitas, perkelahian. Pola perilaku anak akan berubah bila sudah terpengaruh akan lingkungan luar, perilakunya cenderung menyimpang dari arah yang diharapkan keluarganya. Sebelum remaja mengalami perilaku yang menyimpang dari harapan keluarga maka keluarga harus melakukan pencegahan-pencegahan agar perilaku menyimpang tidak sampai terjadi pada anak remaja.

3.1.1 Menciptakan Susana Keluarga yang Edukatif

Keluarga merupakan wadah pembentukan pribadi anggota keluarga terutama untuk  anak-anak yang sedang mengalami pertumbuhan fisik dan rohani. Dengan demikian kedudukan keluarga sangat fundamental dan mempunyai peranan yang vital bagi pendidikan seorang anak. Keluarga harus menciptakan suasana keluarga yang edukatif dan harmonis bila menginginkan anak remajanya tidak terpengaruh akan berbagai hal yang ada diluar lingkungan rumah. Lingkungan keluarga sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter anak dan membentuk anak yang bertanggung jawab. Suasana keluarga yang edukatif ini bisa dibangun melalui berbagai tindakan yaitu dengan membiasakan anak untuk membaca buku-buku yang baik bagi perkembangan anak, memberikan tugas yang sesuai dengan anak, mendorong anak untuk mengembangkan bakatnya. Dalam menciptakan susana keluarga yang edukatif ini keluarga harus selalu mengontrol anak baik dalam kegiatan dirumah maupun diluar rumah sebagai upaya mengantisipasi anak mengalami kejenuhan akan kondisi keluarga.
Selain membentuk suasana keluarga yang edukatif, keluarga juga harus menciptakan suasana harmonis karena suasana yang haromonis dalam keluarga akan menciptakan ketenangan bagi anak. Apabila susana keluarga yang harmonis tercipta dalam keluarga, anak akan merasa lingkungan keluarganya dipenuhi kasih sayang yang membuat anak betah tinggal dirumah. Keadaan keluarga yang harmonis dapat dilakukan dengan melakukan  komunikasi dan dialog dengan anak sebagai bentuk salaing keterbukaan antar sesama anggota keluarga.

3.1.2 Mencegah Anak Berbuat Jahat

Rumah adalah sekolah yang pertama bagi anak, dan orang tua merupakan guru yang pertama bagi anak. Anak biasanya belajar dari orang tua tentang baik dan buruk, tentang budi pekerti pada umumnya. Setiap keluarga pasti mengharapkan anggota keluarganya memiliki perilaku yang baik dan dapat membanggakan orang tuanya. Untuk mewujudkan perilaku anak menjadi baik salah satunya dengan mencegah anak berbuat jahat. Orangtua harus pandai mengarahkan anak, agar nantinya mereka menjadi anak yang berbudi luhur, baik terhadap orangtua, saudara-saudaranya maupun dimana ia berada. 
Keluarga juga harus menanamkan hiri atau malu berbuat jahat pada remaja karena hiri bisa menjadi benteng pertama agar remaja tidak salah langkah dalam berperilaku. Pertama-tama yang harus dilakukan keluarga adalah dengan memberikan contoh-contoh yang baik di depan anaknya sendiri, baik perilaku, ucapan, dan perbuatan badan jasmani, karena anak lebih cenderung meniru perilaku orang tuanya. Dalam memberikan pendidikan orang tua hendaknya dengan jelas dapat menunjukkan kepada anak perbedaan dari akibat perbuatan baik dan tidak baik. Kejelasan orang tua menerangkan hal ini akan dapat menghilangkan keraguan anak dalam mengambil keputusan untuk memilih kebaikan dan meninggalkan kejahatan. Dalam memberikan pendidikan yang berkaitan dengan perbuatan jahat keluarga bisa menggunakan media televisi sebagai alat pengajaran yaitu dengan menunjukkan kepada anak bahwa kejahatan tidak akan pernah menang dengan kebaikan. Apabila anak benar-benar sudah dapat dengan jelas membedakan kebaikan dan keburukan, tahap berikutnya adalah menumbuhkan rasa malu untuk melakukan kejahatan atau ottapa. Kondisikanlah pikiran anak punya rasa malu, merasa tidak pantas melakukan pelanggaran kemoralan baik yang diberikan Sang Buddha maupun oleh masyarakat. Mengkondisikan anak memiliki rasa malu untuk berbuat jahat ini dapat dilakukan dengan perumpamaan bahwa bila diri sendiri tidak ingin dibohongi, maka janganlah membohongi orang lain. Dari perumpamaan ini anak juga harus diberikan pemahaman makna perumpaman agar menumbuhkan kesadaran dalam diri anak dan menyadari bahwa perbuatan buruk yang tidak ingin dialaminya akan menimbulkan perasaan yang sama bagi orang lain.

3.1.3 Menganjurkan Anak Berbuat Baik

Keluarga merupakan tempat dimana anak mendapatkan berbagai bentuk pendidikan dan pembentukan karakter anak. Dengan itu keluarga harus memberikan pendidikan yang sesuai yaitu dengan menganjurkan anak berbuat baik. Menganjurkan anak berbuat baik adalah hal yang sangat bermanfaat bagi anak maupun bagi lingkungannya. Pembentukan karakter anak agar selalu berbuat baik tidak lepas dari peranan keluarga, apabila dalam keluarga tidak menceriminkan perbuatan baik dalam lingkungan rumah maka anak akan mencontoh apa yang ada disekitarnya. Sebelum keluarga menganjurkan perbuatan baik sebaiknya keluarga harus mengondisikan dan mencotohkan perilaku yang baik dalam lingkungan rumah karena kebanyakan anak akan mencotoh perilaku dari lingkungan terdekatnya yaitu keluarga. 
Pokok-pokok perbuatan baik yang perlu dikenalkan kepada anak-anak terutama adalah pengembangan kerelaan, kemoralan dan konsentrasi. Sebagai contoh dalam mengembangkan sikap kerelaan pada anak dapat dilakukan dengan membiasakan anak memberikan uang atau makanan kepada pengemis yang datang ke rumah. Dapat juga anak dibiasakan berbagi barang-barang kesukaannya dengan saudara-saudaranya, misalnya saja, mainan ataupun makanan kesukaannnya. Bila hal ini telah dilatih sejak dini maka anak akan memiliki watak penuh welas asih dan akan lebih mudah memaafkan orang lain, lebih-lebih lagi, anak akan lebih menyayangi orangtuanya. 

3.1.4 Memonitor Teman 

Di kalangan remaja memiliki banyak kawan adalah merupakan satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Di jaman sekarang pengaruh kawan sepermainan sangat berpengaruh bagi remaja dalam berperilaku baik maupun buruk karena itu orang tua harus selalu memonitor teman pergaulan anak, agar tidak terjerumus dalam perilaku yang menyimpang atau tidak baik. Untuk meyakinkan anak kita berada dalam lingkup pergaulan yang positif, jangan segan-segan untuk mengundang teman-teman sekelompok bermainnya. Pasti memang lebih repot tapi dengan cara ini orangtua tahu benar siapa dan bagaimana teman-teman kelompoknya. Tunjukkan kepedulian terhadap teman anak dengan menyampaikan perilaku dan kata-kata yang ramah dan positif.
Orang tua harus selalu mengadakan komunikasi dengan anak mengenai bentuk perilaku temannya. Berusahalah menjadi seperti teman dalam proses komunikasi dengan anak. Ajaklah anak untuk berdiskusi dan menanyakan mengenai teman-temannya, ada baiknya jika opini berupa koreksi datang dari anak sendiri. Selalu ingat untuk minta pendapat anak tentang perilaku temannya yang dinilai kurang berkenan. Kemudian beri kesempatan sekaligus kepercayaan pada anak untuk mengatakan bagaimana seharusnya si teman bersikap. Lagipula kebiasaan menanyakan pendapat anak akan dapat membentuk anak kelak menjadi individu yang mampu bersikap objektif dalam menilai segala hal. Jangan sampai orangtua melarang anaknya berteman dengan seseorang yang dianggap berperilaku negatif namun orangtua melakukan hal yang serupa. 

4.3.2 Penanggulangan  Perilaku Menyimpang Remaja

Setiap keluarga pasti mengharapkan anggota keluarganya memiliki perilaku yang baik, terutama orang tua pasti mengharapkan anaknya memiliki perilaku yang baik dan dapat membanggakan orang tuanya dengan memberikan pendidikan yang baik. Apabila orang tua  tidak mendapatkan harapan memiliki anak yang baik prilakunya, orang tua tidak boleh membiarkan anak terus berprilaku buruk atau menyimpang, lakukanlah upaya untuk mengatasinya dengan melakukan berbagai hal yaitu:

4.3.1 Melakukan Pendekatan yang Lebih Mendalam Pada Diri Remaja

Orang tua perlu mengingat bahwa anak remaja tetaplah anak yang diasuh sejak masih bayi dan tumbuh menjadi dewasa, tetapi kini anak ingin orang tua memandang dengan cara yang berbeda. Berkenaan dengan perasaan anak remaja sikap orang tua harus mendekatkan hubungan mereka selayaknya sahabat. Orang tua yang bersahabat membantu remaja menemukan jati diri dan kemampuan terbaiknya, serta membimbing mereka mengembangkan keahliannya. Dengan melakukan pendekatan secara mendalam pada diri remaja akan menumbuhkan semangatnya  untuk menunjukkan keberadaan dirinya sebagai pribadi yang baik. 
Perlunya pendekatan pada diri remaja ini merupakan hal yang harus orang tua lakukan, karena remaja perlu seseorang yang selalu mendampinginya sebagai tempat berbagi baik dalam berperilaku dan masalah yang dialaminya. Kedekatan antara orang tua dan anak akan menjadi suatu wujud terciptanya hubungan cinta kasih dan kepedulian atas keberadaan anak. Orang tua juga harus mampu memahami pribadi anak sebagai bentuk pengertian akan kondisi anak yang membutuhkan perhatian dari sosok keluarganya.

4.3.2 Memberikan Motivasi Pada Remaja

Masa remaja merupakan masa transisi yaitu dimana remaja mulai merasakan goncangan dalam pertumbuhan baik fisik dan jasmaninya. Dalam masa transisi ini remaja mulai mencari jati diri dengan berbagai tindakan dan perilaku. Dalam berperilaku remaja cenderung banyak melakukan penyimpangan perilaku yang tidak diharapkan orang tua. Orang tua terkadang akan salah menyikapi perilaku anak yang seperti ini, kebanyakan anak akan dimarahi dan dihakimi dengan hukuman-hukuman yang akan menyebabkan anak remaja menjadi merasa tidak ada kepedulian di lingkungan keluarganya dan perilaku buruknya akan lebih meningkat. Orang tua tidak boleh bersikap seperti ini apabila anak remaja melakukan kesalahan, lakukanlah pendekatan dan kemudian berikanlah motivasi kepada anak, agar jiwa pemberontak pada anak ini bisa lebih teredam karena perhatian dan pemberian motivasi yang membangun diri remaja.
Memberikan motivasi pada anak remaja bukan suatu hal yang mudah bagi orang tua karena terkadang anak takut kepada orang tuanya setelah melakukan perilaku buruk. Apabila terjadi seperti ini orang tualah yang harus berperan ekstra untuk melakukan pendekatan komunikasi dengan remaja. Setelah komunikasi terjalin kemudian orang tua memberikan nasehat dan mendorong atau memberikan motivasi kepada anak remaja bahwa ia bisa berubah dari perilaku burukya. Pemberian motivasi ini akan bermanfaat bagi remaja untuk membangun kembali dirinya yang sudah terpuruk dengan perilaku buruk, remaja akan memiliki semangat baru apabila motivasi dan dorongan semangat dari orang tua selalu diberikan.

4.3.3 Mengarahkan Remaja Untuk Melakukan Pengendalian Diri

Keluarga harus bisa memahami anak remajanya dimana masa remaja ini merupakan masa peralihan yang sangat menentukan pada masa berikutnya yaitu masa dewasa. Perubahan-perubahan sosial pada remaja dapat menimbulkan hal positif maupun negatif, tergantung pengarahan yang dilakukan. Jika perubahan-perubahan tersebut dapat diarahkan secara maksimal, justru remaja akan dapat dengan mudah mengaktualisasikan dirinya tanpa melakukan penyimpangan-penyimpangan. Remaja memerlukan pengendalian diri karena remaja belum mempunyai pengalaman yang memadai dalam perkara ini. Masa remaja banyak menyentuh perasaan seorang remaja sehingga menimbulkan jiwa yang sensitif dan peka terhadap diri dan lingkungannya. 
Usahakan keluarga mengarahkan anak remaja untuk melakukan pengendalian diri, karena pengendalian diri ini akan membentuk kehidupan remaja menjadi terarah. Sebagai orang tua harus mengajarkan anak bagaimana melatih pengendalian diri baik dalam ucapan, perbuatan, dan tindakan. Pertama berpikir positif adalah pengendalian pikiran dalam memandang suatu masalah dari berbagai sudut untuk mendapatkan nilai nilai positif, sehingga mengasilkan cara pikir postif. Kedua yaitu berkata positif adalah belajar pengendalian diri melalui ucapan yang menyenangkan didengar orang lain dengan tutur bahasa yang sopan dan santun. Ketiga bertindak positif adalah pengendalian diri dengan tidak melakukan tindakan-tindakan yang tidak baik seperti anarkis atau melanggar norma norma. Tiga hal diatas adalah sangat simple namun sulit dilakukan. Untuk itu perlu proses latihan untuk mendapatkan hasil baik, bilamana sudah mampu melaksanakan ini maka akan mendapatkan rasa kedamain dalam diri.

4.3.4 Memberikan Pemahaman Tentang Sila Sebagai Landasan Berperilaku


Sila merupakan perilaku lahiriah manusia baik ucapan maupun perbuatan. Istilah sila yang digunakan dalam budaya Buddhis mempunyai beberapa arti yaitu sifat, karakter, watak, kebiasaan, perilaku, kelakuan. Sila ini merupakan dasar yang utama dan sebagai benteng dalam berperilaku bagi remaja. Keluarga harus memberikan pemahaman tentang sila untuk anak remajanya karena sila ini akan membentengi perilaku buruk anak. Ajaklah remaja memahami sila degan memberikan contoh-contoh sederhana dan usahakan agar dia mau mempraktikannya. Dengan keluarga bersikap seperti ini maka remaja akan menjadi mengerti dan memahami berbagai bentuk perilaku yang tidak boleh ia lakukan. Penanaman sila pada diri remaja akan membentuk pribadi remaja menjadi disiplin diri baik lewat ucapan, perbuatan, serta tindakan.
Sila ini harus menjadi tuntunan perilaku bagi remaja karena sila ini akan berfungsi dalam mencegah, menahan, memutuskan serta mengendalikan pikiran, ucapan dan perbuatan jahat yang muncul pada diri remaja. Menjalankan manfaat perilaku bermoral dengan baik, maka akan memperoleh manfaat yaitu kegembiraan, suka cita, ketenangan, kebahagiaan, konsentrasi pikiran dan hilangnya nafsu. Keluarga harus menanamkan sila pada anak karena sila merupakan pokok landasan dari segala tingkah laku anak, apabila sila ini dipahami anak maka perilaku anak akan menjadi baik dan terarah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar