Akusala Cetasika
berarti bentuk-bentuk batin yang tidak baik. Bentuk-bentuk batin atau cetasika
selalu timbul mengikuti kesadaran atau pikiran atau citta. Bentuk-bentuk batin
yang tidak baik atau Akusala Cetasika selalu timbul mengikuti pikiran yang
tidak baik atau Akusala Citta. Jadi, Akusala Cetasika ini membentuk semua
kejadian yang tidak baik dari kesadaran makhluk.
Pembagian Akusala Cetasika
Akusala Cetasika
berjumlah empat belas jenis. Dari keempat belas jenis cetasika ini, ada cetasika
yang dipimpin oleh lobha, dosa, moha, thiduka, dan vicikiccha. Berdasarkan hal
tersebut, Akusala Cetasika ini dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu:
1.
Mocatuka Cetasika, yang terdiri atas empat jenis.
2.
Lotika Cetasika, yang terdiri atas tiga jenis.
3.
Docatuka Cetasika, yang terdiri atas empat jenis.
4.
Thiduka Cetasika, yang terdiri atas dua jenis.
5.
Vicikiccha Cetasika, yang terdiri atas satu jenis.
Mocatuka Cetasika
Mocatuka
Cetasika berarti bentuk-bentuk batin yang dipimpin oleh moha cetasika. Mocatuka
Cetasika terdiri atas empat jenis, yaitu moha, ahirika, anottappa, dan
uddhacca. Keempat jenis bentuk batin ini merupakan bentuk-bentuk batin yang tidak
baik. Jika seseorang memiliki bentuk-bentuk batin ini, maka ia akan melakukan
berbagai macam perbuatan jahat, baik melalui pikiran, ucapan, maupun badan jasmani.
Oleh sebab itu, keempat jenis bentuk batin ini harus dikikis dari dalam diri
kita sedikit demi sedikit hingga akhirnya lenyap sama sekali.
Moha berarti
kebodohan atau kegelapan batin. Moha disebut juga avijja atau ketidaktahuan,
annana atau tidak berpengetahuan, adassana atau tidak melihat. Orang yang
memiliki moha tidak dapat membedakan baik dan buruk, atau benar dan salah. Ia selalu
berpandangan salah. Ia menganggap bahwa berdana itu salah, mencuri itu benar,
dan sebagainya. Akibatnya, ia tidak melakukan perbuatan baik karena perbuatan
baik itu dianggapnya sia-sia. Sebaliknya, ia selalu melakukan perbuatan jahat
karena perbuatan jahat itu dianggapnya tidak mempunyai akibat buruk. Umat Buddha
seyogyanya berusaha mengikis moha dengan belajar Buddha Dhamma secara tekun
sehingga mereka tidak berpandangan salah.
Ahirika berarti tidak ada malu,
yaitu tidak mempunyai rasa malu untuk berbuat jahat. Orang yang memiliki
Ahirika akan berbuat kejahatan tanpa rasa menyesal sedikitpun. Namun, perbuatan
jahat yang dilakukannya itu pasti akan mengakibatkan penderitaan bagi orang
yang melakukannya. Tidak ada perbuatan jahat yang luput dari akibatnya. Oleh
sebab itu, umat Buddha seyogyanya berusaha mengikis sifat Ahirika ini.
Anottappa berarti tidak ada takut,
yaitu tidak mempunyai rasa takut akan akibat dari perbuatan jahat. Anottappa juga
berarti nekat, yaitu nekat untuk berbuat kejahatan. Orang yang memiliki
Anottappa juga nekat mati karena takut menghadapi sesuatu, umpamanya terhadap
suatu tanggung jawab, atau ketakutan menghadapi tuduhan kepada diri sendiri.
Umat Buddha seyogyanya berusaha mengikis sifat Anottappa ini.
Uddhacca berarti kegelisahan atau
kekacauan pikiran berkenaan dengan sebuah objek, misalnya tidak tercapai apa
yang dicita-citakan. Umat Buddha seyogyanya berusaha mengatasi kekacauan
pikirannya dengan cara yang bijaksana, agar mereka dapat hidup dengan tenang
dan bahagia.
Lotika Cetasika
Lotika Cetasika
berarti bentuk-bentuk batin yang dipimpin oleh lobha cetasika. Lotika Cetasika
terdiri atas tiga jenis, yaitu lobha, ditthi, dan mana. Ketiga jenis bentuk
batin ini merupakan bentuk-bentuk batin yang tidak baik. Jika seseorang memiliki
bentuk-bentuk batin ini, maka ia akan melakukan berbagai macam perbuatan jahat
yang bersumber dari lobha. Oleh sebab itu, ketiga jenis bentuk batin ini harus
dikikis dari dalam diri kita sedikit demi sedikit hingga akhirnya lenyap sama
sekali.
Lobha secara etis berarti
ketamakan, tetapi secara psikologis berarti keterikatan pikiran pada objek-objek.
Lobha disebut juga tanha atau nafsu keinginan, abhijjha atau nafsu serakah, kama atau nafsu indera, raga atau hawa nafsu. Umat Buddha
seyogyanya berusaha mengikis nafsu-nafsu keinginan yang tidak baik. Mereka hendaknya
berusaha melepaskan keterikatan pada objek-objek yang menyenangkan karena
keterikatan atau kemelekatan itu akan menimbulkan dukkha.
Ditthi berarti pandangan. Ditthi
ada dua jenis, yaitu miccha ditthi dan samma ditthi. Dalam Akusala Cetasika
ini, yang dimaksud dengan ditthi adalah miccha ditthi, yang berarti kekeliruan
atau kepalsuan atau pandangan salah. Orang yang berpandangan salah akan
menganggap kekal terhadap sesuatu yang tidak kekal, menganggap benar terhadap
sesuatu yang tidak benar, atau ia mengingkari adanya akibat dari perbuatan, dan
sebagainya. Umat Buddha seyogyanya belajar Buddha Dhamma dengan rajin dan
tekun, agar pandangan salahnya segera lenyap.
Mana berarti kesombongan atau
tafsiran yang salah. Orang yang memiliki mana akan merenungkan nama atau batin
dan rupa atau jasmani secara salah sehingga menjadi 'aku', juga menafsirkan
hidup dan kehidupan ini secara salah. Umat Buddha hendaknya tidak sombong
walaupun mereka memiliki banyak pengetahuan dan ketrampilan.
Docatuka Cetasika
Docatuka
Cetasika berarti bentuk-bentuk batin yang dipimpin oleh dosa cetasika. Docatuka
Cetasika terdiri atas empat jenis, yaitu dosa, issa, macchariya, dan kukkucca.
Keempat jenis bentuk batin ini merupakan bentuk-bentuk batin yang tidak baik.
Jika seseorang memiliki bentuk-bentuk batin ini, maka ia akan melakukan
berbagai macam perbuatan jahat yang bersumber dari dosa. Oleh sebab itu,
keempat jenis bentuk batin ini harus dikikis dari dalam diri kita sedikit demi
sedikit hingga akhirnya lenyap sama sekali.
Dosa secara etis berarti
kebencian, tetapi secara psikologis berarti pukulan yang berat dari pikiran
terhadap objek (yaitu pertentangan atau konflik). Dosa disebut juga patigha
atau dendam, byapada atau kemauan jahat. Umat Buddha seyogyanya berusaha
mengikis kebencian, dendam, dan kemauan jahat yang ada dalam dirinya. Mereka
hendaknya mau membalas kebencian dengan cinta kasih, agar persengketaan segera
lenyap.
Issa berarti iri hati, kurang
menghargai, tidak mempunyai perasaan lega terhadap keberuntungan hidup orang
lain, juga berarti suatu sikap mencari-cari kesalahan orang lain. Umat Buddha
seyogyanya tidak iri melihat orang lain selalu berhasil dan bahagia. Mereka hendaknya
tidak menghancurkan sukses dan merenggut kebahagiaan orang lain karena hal ini
akan mengakibatkan penderitaan bagi dirinya sendiri.
Macchariya berarti egois,
mementingkan diri sendiri, tidak dermawan, tidak suka menolong orang lain. Umat
Buddha seyogyanya tidak mementingkan diri sendiri, tidak egois. Mereka
hendaknya mau menolong orang lain yang sedang dalam kesulitan. Mereka hendaknya
suka berdana.
Kukkucca berarti kekhawatiran,
kerisauan, atau was-was. Orang akan merasa khawatir atau was-was jika ia telah
melakukan perbuatan tidak baik, atau ia telah melewatkan kesempatan untuk
melakukan perbuatan baik, atau ia belum selesai melakukan perbuatan baik. Umat
Buddha tentu ingin hidup tenang, bebas dari rasa khawatir. Untuk itu, mereka
hendaknya tidak melakukan perbuatan jahat, agar tidak timbul rasa menyesal di
kemudian hari. Sebaliknya, mereka berusaha tidak melewatkan kesempatan untuk
melakukan perbuatan baik, karena kesempatan untuk berbuat baik itu belum tentu
akan ada lagi. Jika hari ini mereka mampu melakukan perbuatan baik, maka mereka
hendaknya tidak menunda untuk melakukan perbuatan baik tersebut sampai esok.
Dengan demikian, mereka tidak akan merasa khawatir atau risau di dalam
menjalani hidup yang penuh tantangan itu.
Thiduka Cetasika
Thiduka Cetasika
berarti bentuk-bentuk batin yang dipimpin oleh thina cetasika. Thiduka cetasika
terdiri atas dua jenis, yaitu thina dan middha. Kedua jenis bentuk batin ini
merupakan bentuk-bentuk batin yang tidak baik. Jika seseorang memiliki
bentuk-bentuk batin ini, maka ia menjadi malas untuk melakukan
perbuatan-perbuatan baik.
Thina berarti kemalasan, yaitu kemalasan
dari pikiran. Thina juga berarti kegelapan dari kesadaran atau pikiran terhadap
sebuah objek. Orang yang memiliki sifat thina ini akan menjadi malas untuk
bermeditasi, melakukan puja bakti, dan lain-lain. Umat Buddha seyogyanya tidak
malas untuk berbuat baik karena perbuatan baik akan membawa kebahagiaan.
Middha berarti kelelahan, yaitu
kelelahan dari bentuk-bentuk batin, seperti kontak, perasaan, pencerapan, dan
sebagainya. Middha merupakan keadaan "sakit" dari bentuk-bentuk batin
tersebut. Umat Buddha seyogyanya berusaha menjaga agar bentuk-bentuk batinnya
tidak lelah.
Vicikiccha Cetasika
Vicikiccha Cetasika
hanya terdiri atas satu jenis, yaitu vicikiccha. Vicikiccha berarti keragu-raguan
atau kebingungan, yaitu ketidakpercayaan terhadap apa yang harus dipercayai,
atau ketidakyakinan terhadap apa yang harus diyakini. Umat Buddha seyogyanya
berusaha melenyapkan keragu-raguan terhadap Sang Triratna yang terdiri atas
Buddha, Dhamma, dan Sangha. Mereka hendaknya mempunyai keyakinan yang teguh
terhadap Sang Triratna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar