Kamis, 23 Februari 2012

AKUSALA CETASIKA


Akusala Cetasika berarti bentuk-bentuk batin yang tidak baik. Bentuk-bentuk batin atau cetasika selalu timbul mengikuti kesadaran atau pikiran atau citta. Bentuk-bentuk batin yang tidak baik atau Akusala Cetasika selalu timbul mengikuti pikiran yang tidak baik atau Akusala Citta. Jadi, Akusala Cetasika ini membentuk semua kejadian yang tidak baik dari kesadaran makhluk.

Pembagian Akusala Cetasika
Akusala Cetasika berjumlah empat belas jenis. Dari keempat belas jenis cetasika ini, ada cetasika yang dipimpin oleh lobha, dosa, moha, thiduka, dan vicikiccha. Berdasarkan hal tersebut, Akusala Cetasika ini dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu:
1.      Mocatuka Cetasika, yang terdiri atas empat jenis.
2.      Lotika Cetasika, yang terdiri atas tiga jenis.
3.      Docatuka Cetasika, yang terdiri atas empat jenis.
4.      Thiduka Cetasika, yang terdiri atas dua jenis.
5.      Vicikiccha Cetasika, yang terdiri atas satu jenis.

Mocatuka Cetasika
Mocatuka Cetasika berarti bentuk-bentuk batin yang dipimpin oleh moha cetasika. Mocatuka Cetasika terdiri atas empat jenis, yaitu moha, ahirika, anottappa, dan uddhacca. Keempat jenis bentuk batin ini merupakan bentuk-bentuk batin yang tidak baik. Jika seseorang memiliki bentuk-bentuk batin ini, maka ia akan melakukan berbagai macam perbuatan jahat, baik melalui pikiran, ucapan, maupun badan jasmani. Oleh sebab itu, keempat jenis bentuk batin ini harus dikikis dari dalam diri kita sedikit demi sedikit hingga akhirnya lenyap sama sekali.
Moha berarti kebodohan atau kegelapan batin. Moha disebut juga avijja atau ketidaktahuan, annana atau tidak berpengetahuan, adassana atau tidak melihat. Orang yang memiliki moha tidak dapat membedakan baik dan buruk, atau benar dan salah. Ia selalu berpandangan salah. Ia menganggap bahwa berdana itu salah, mencuri itu benar, dan sebagainya. Akibatnya, ia tidak melakukan perbuatan baik karena perbuatan baik itu dianggapnya sia-sia. Sebaliknya, ia selalu melakukan perbuatan jahat karena perbuatan jahat itu dianggapnya tidak mempunyai akibat buruk. Umat Buddha seyogyanya berusaha mengikis moha dengan belajar Buddha Dhamma secara tekun sehingga mereka tidak berpandangan salah.
Ahirika berarti tidak ada malu, yaitu tidak mempunyai rasa malu untuk berbuat jahat. Orang yang memiliki Ahirika akan berbuat kejahatan tanpa rasa menyesal sedikitpun. Namun, perbuatan jahat yang dilakukannya itu pasti akan mengakibatkan penderitaan bagi orang yang melakukannya. Tidak ada perbuatan jahat yang luput dari akibatnya. Oleh sebab itu, umat Buddha seyogyanya berusaha mengikis sifat Ahirika ini.

Anottappa berarti tidak ada takut, yaitu tidak mempunyai rasa takut akan akibat dari perbuatan jahat. Anottappa juga berarti nekat, yaitu nekat untuk berbuat kejahatan. Orang yang memiliki Anottappa juga nekat mati karena takut menghadapi sesuatu, umpamanya terhadap suatu tanggung jawab, atau ketakutan menghadapi tuduhan kepada diri sendiri. Umat Buddha seyogyanya berusaha mengikis sifat Anottappa ini.

Uddhacca berarti kegelisahan atau kekacauan pikiran berkenaan dengan sebuah objek, misalnya tidak tercapai apa yang dicita-citakan. Umat Buddha seyogyanya berusaha mengatasi kekacauan pikirannya dengan cara yang bijaksana, agar mereka dapat hidup dengan tenang dan bahagia. 

Lotika Cetasika
Lotika Cetasika berarti bentuk-bentuk batin yang dipimpin oleh lobha cetasika. Lotika Cetasika terdiri atas tiga jenis, yaitu lobha, ditthi, dan mana. Ketiga jenis bentuk batin ini merupakan bentuk-bentuk batin yang tidak baik. Jika seseorang memiliki bentuk-bentuk batin ini, maka ia akan melakukan berbagai macam perbuatan jahat yang bersumber dari lobha. Oleh sebab itu, ketiga jenis bentuk batin ini harus dikikis dari dalam diri kita sedikit demi sedikit hingga akhirnya lenyap sama sekali.

Lobha secara etis berarti ketamakan, tetapi secara psikologis berarti keterikatan pikiran pada objek-objek. Lobha disebut juga tanha atau nafsu keinginan, abhijjha atau nafsu serakah, kama atau nafsu indera, raga atau hawa nafsu. Umat Buddha seyogyanya berusaha mengikis nafsu-nafsu keinginan yang tidak baik. Mereka hendaknya berusaha melepaskan keterikatan pada objek-objek yang menyenangkan karena keterikatan atau kemelekatan itu akan menimbulkan dukkha.

Ditthi berarti pandangan. Ditthi ada dua jenis, yaitu miccha ditthi dan samma ditthi. Dalam Akusala Cetasika ini, yang dimaksud dengan ditthi adalah miccha ditthi, yang berarti kekeliruan atau kepalsuan atau pandangan salah. Orang yang berpandangan salah akan menganggap kekal terhadap sesuatu yang tidak kekal, menganggap benar terhadap sesuatu yang tidak benar, atau ia mengingkari adanya akibat dari perbuatan, dan sebagainya. Umat Buddha seyogyanya belajar Buddha Dhamma dengan rajin dan tekun, agar pandangan salahnya segera lenyap.

Mana berarti kesombongan atau tafsiran yang salah. Orang yang memiliki mana akan merenungkan nama atau batin dan rupa atau jasmani secara salah sehingga menjadi 'aku', juga menafsirkan hidup dan kehidupan ini secara salah. Umat Buddha hendaknya tidak sombong walaupun mereka memiliki banyak pengetahuan dan ketrampilan.

Docatuka Cetasika
Docatuka Cetasika berarti bentuk-bentuk batin yang dipimpin oleh dosa cetasika. Docatuka Cetasika terdiri atas empat jenis, yaitu dosa, issa, macchariya, dan kukkucca. Keempat jenis bentuk batin ini merupakan bentuk-bentuk batin yang tidak baik. Jika seseorang memiliki bentuk-bentuk batin ini, maka ia akan melakukan berbagai macam perbuatan jahat yang bersumber dari dosa. Oleh sebab itu, keempat jenis bentuk batin ini harus dikikis dari dalam diri kita sedikit demi sedikit hingga akhirnya lenyap sama sekali.

Dosa secara etis berarti kebencian, tetapi secara psikologis berarti pukulan yang berat dari pikiran terhadap objek (yaitu pertentangan atau konflik). Dosa disebut juga patigha atau dendam, byapada atau kemauan jahat. Umat Buddha seyogyanya berusaha mengikis kebencian, dendam, dan kemauan jahat yang ada dalam dirinya. Mereka hendaknya mau membalas kebencian dengan cinta kasih, agar persengketaan segera lenyap.

Issa berarti iri hati, kurang menghargai, tidak mempunyai perasaan lega terhadap keberuntungan hidup orang lain, juga berarti suatu sikap mencari-cari kesalahan orang lain. Umat Buddha seyogyanya tidak iri melihat orang lain selalu berhasil dan bahagia. Mereka hendaknya tidak menghancurkan sukses dan merenggut kebahagiaan orang lain karena hal ini akan mengakibatkan penderitaan bagi dirinya sendiri.

Macchariya berarti egois, mementingkan diri sendiri, tidak dermawan, tidak suka menolong orang lain. Umat Buddha seyogyanya tidak mementingkan diri sendiri, tidak egois. Mereka hendaknya mau menolong orang lain yang sedang dalam kesulitan. Mereka hendaknya suka berdana.

Kukkucca berarti kekhawatiran, kerisauan, atau was-was. Orang akan merasa khawatir atau was-was jika ia telah melakukan perbuatan tidak baik, atau ia telah melewatkan kesempatan untuk melakukan perbuatan baik, atau ia belum selesai melakukan perbuatan baik. Umat Buddha tentu ingin hidup tenang, bebas dari rasa khawatir. Untuk itu, mereka hendaknya tidak melakukan perbuatan jahat, agar tidak timbul rasa menyesal di kemudian hari. Sebaliknya, mereka berusaha tidak melewatkan kesempatan untuk melakukan perbuatan baik, karena kesempatan untuk berbuat baik itu belum tentu akan ada lagi. Jika hari ini mereka mampu melakukan perbuatan baik, maka mereka hendaknya tidak menunda untuk melakukan perbuatan baik tersebut sampai esok. Dengan demikian, mereka tidak akan merasa khawatir atau risau di dalam menjalani hidup yang penuh tantangan itu.

Thiduka Cetasika
Thiduka Cetasika berarti bentuk-bentuk batin yang dipimpin oleh thina cetasika. Thiduka cetasika terdiri atas dua jenis, yaitu thina dan middha. Kedua jenis bentuk batin ini merupakan bentuk-bentuk batin yang tidak baik. Jika seseorang memiliki bentuk-bentuk batin ini, maka ia menjadi malas untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik.

Thina berarti kemalasan, yaitu kemalasan dari pikiran. Thina juga berarti kegelapan dari kesadaran atau pikiran terhadap sebuah objek. Orang yang memiliki sifat thina ini akan menjadi malas untuk bermeditasi, melakukan puja bakti, dan lain-lain. Umat Buddha seyogyanya tidak malas untuk berbuat baik karena perbuatan baik akan membawa kebahagiaan.

Middha berarti kelelahan, yaitu kelelahan dari bentuk-bentuk batin, seperti kontak, perasaan, pencerapan, dan sebagainya. Middha merupakan keadaan "sakit" dari bentuk-bentuk batin tersebut. Umat Buddha seyogyanya berusaha menjaga agar bentuk-bentuk batinnya tidak lelah.

Vicikiccha Cetasika
Vicikiccha Cetasika hanya terdiri atas satu jenis, yaitu vicikiccha. Vicikiccha berarti keragu-raguan atau kebingungan, yaitu ketidakpercayaan terhadap apa yang harus dipercayai, atau ketidakyakinan terhadap apa yang harus diyakini. Umat Buddha seyogyanya berusaha melenyapkan keragu-raguan terhadap Sang Triratna yang terdiri atas Buddha, Dhamma, dan Sangha. Mereka hendaknya mempunyai keyakinan yang teguh terhadap Sang Triratna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar