Pembagian Annasamana Cetasika
Annasamana
Cetasika berjumlah tiga belas jenis. Ketiga belas jenis cetasika ini dapat
bersekutu dengan kesadaran atau pikiran yang baik dan yang tidak baik. Namun,
ada cetasika yang bersekutu dengan semua kesadaran atau pikiran yang baik dan
yang tidak baik, tetapi ada pula cetasika yang hanya dapat bersekutu dengan sebagian
kesadaran atau pikiran. Oleh sebab itu, cetasika ini dapat dikelompokkan atas
dua kelompok, yaitu:
1.
Sabbacittasadharana-cetasika, yang terdiri atas tujuh
jenis.
2.
Pakinnaka-cetasika, yang terdiri atas enam jenis.
Sabbacittasadharana Cetasika
Sabbacittasadharana
Cetasika berarti bentuk-bentuk batin yang bersekutu dengan semua kesadaran atau
pikiran yang baik dan yang tidak baik. Cetasika ini menyertai setiap kejadian
tunggal dari kesadaran atau pikiran atau citta. Citta itu terdapat pada diri
setiap manusia yang hidup di dunia ini, dan karenanya cetasika yang menyertai
citta itu merupakan hal-hal yang berhubungan dengan duniawi dan bersifat
universal.
Citta apa pun yang timbul pasti
selalu disertai dengan Sabbacittasadharana Cetasika. Citta itu tidak mungkin
timbul tanpa Sabbacittasadharana Cetasika. Jika Akusala Citta atau pikiran yang
tidak baik itu timbul, maka Sabbacittasadharana Cetasika ini juga ikut timbul.
Demikian pula, bila Kusala Citta atau pikiran yang baik itu timbul, maka
Sabbacittasadharana Cetasika ini juga ikut timbul. Jadi, setiap jenis citta
yang timbul dalam diri manusia, juga makhluk-makhluk lainnya itu, pasti selalu
disertai dengan Sabbacittasadharana Cetasika ini.
Sabbacittasadharana cetasika
terdiri atas tujuh jenis, yaitu:
1. Phassa, yang berarti kontak. Kontak berarti kemampuan
untuk menyentuh atau menekan objek yang menyenangkan atau tidak menyenangkan.
2.
Vedana, yang berarti perasaan. Perasaan berarti kemampuan
untuk mengenal rasa.
3.
Sanna, yang berarti pencerapan. Pencerapan berarti
pengenalan suatu objek atau persepsi indera.
4.
Cetana, yang berarti kehendak. Kehendak berarti kemauan
atau niat untuk berbuat yang baik atau yang tidak baik.
5. Ekaggata, yang berarti pemusatan pikiran atau
konsentrasi atau meditasi atau samadhi. Ekaggata merupakan salah satu faktor
jhana.
6.
Jivitindriya, yang berarti kehidupan jasmani.
Jivitindriya merupakan pemelihara dari bentuk-bentuk batin dalam kelanjutannya.
7. Manasikara, yang berarti perhatian. Manasikara
bermanfaat untuk membawa objek keinginan itu ke dalam bidang kesadaran.
Ketujuh jenis cetasika ini pasti
menyertai setiap jenis kesadaran atau pikiran atau citta. Setiap manusia yang
hidup pasti mempunyai citta. Citta yang timbul itu berbeda-beda, kadang-kadang
timbul citta yang baik, kadang-kadang pula timbul citta yang tidak baik. Namun,
setiap citta itu timbul pasti ketujuh jenis cetasika ini ikut timbul. Kusala
Citta atau pikiran yang baik itu timbul bila indera mengadakan kontak atau
phassa dengan objek yang baik, dan kemudian akan timbul somanassa vedana atau
perasaan yang menyenangkan. Sebaliknya, Akusala Citta atau pikiran yang tidak
baik itu timbul bila indera mengadakan kontak atau phassa dengan objek yang
tidak baik, dan kemudian akan timbul domanassa vedana atau perasaan yang tidak
menyenangkan. Selanjutnya, akan timbul pula sanna, cetana, ekaggata, jivitindriya,
dan manasikara. Jadi, Sabbacittasadharana Cetasika ini pasti akan timbul menyertai
setiap citta yang timbul dalam diri manusia, bahkan semua makhluk yang
mempunyai citta.
Pakinnaka Cetasika
Pakinnaka
Cetasika berarti bentuk-bentuk batin yang bersekutu dengan sebagian kesadaran
atau pikiran atau citta. Cetasika ini dapat berhubungan dengan citta yang baik
dan yang tidak baik, tetapi hanya tipe-tipe citta atau kesadaran khusus. Jadi,
cetasika ini tidak bersekutu pada semua citta, tetapi hanya citta-citta
tertentu.
Pakinnaka Cetasika terdiri atas
enam jenis, yaitu:
1. Vitakka, yang berarti perenungan permulaan dari pikiran.
Vitakka bermanfaat untuk mengarahkan pikiran pada objek.
2. Vicara, yang berarti perenungan penopang dari pikiran,
yaitu perenungan sebagai pendukung atau penopang atau yang memegang pikiran. Vicara
bermanfaat untuk memegang pikiran dan mengatur di dalam objek.
3. Adhimokkha, yang berarti keputusan, atau keadaan
pikiran yang menyendiri, bebas dari objek, yaitu khusus mengenai kebebasan
pikiran dari gelombang keadaan di antara dua sumber, yaitu 'ada' atau 'tidak
ada', 'benar' atau 'tidak benar'.
4.
Viriya, yang berarti semangat atau tenaga, atau usaha
dari pikiran di dalam perbuatan. Viriya terbagi atas dua macam, yaitu usaha
yang benar dan usaha yang salah. Namun, umat Buddha yang baik seyogyanya
melakukan usaha yang benar.
5.
Piti, yang berarti kegiuran atau kegembiraan dari
pikiran yang telah terlepas dari keruwetannya.
6. Chandha, yang berarti keinginan untuk berbuat, misalnya
keinginan untuk pergi, keinginan untuk berbicara, dan sebagainya. Chandha
terdiri atas tiga jenis, yaitu:
a.
Kamachandha, yang berarti kesenangan dan kepuasan dalam
nafsu indera.
b.
Kattukamyata Chandha, yang berarti semata-mata
keinginan untuk berbuat.
c.
Dhammachandha, yang berarti kepuasan dalam Dhamma,
yaitu belajar dan melaksanakan Dhamma sehingga mencapai kepuasan dalam
memperoleh hasilnya.
Umat Buddha yang baik seyogyanya
berusaha mengikis kama-chandha dan mengembangkan Dhammachandha.
Keenam jenis cetasika ini dapat menyertai
atau bersekutu dengan citta-citta yang baik dan yang tidak baik, tetapi
tentunya bersekutu khusus hanya kepada yang patut disekutui. Misalnya, Vitakka
dapat bersekutu dengan citta sebanyak lima puluh lima jenis, yaitu Akusala
Citta sebanyak dua belas jenis, Ahetuka Citta sebanyak delapan jenis,
Kamavacara sobhana Citta sebanyak dua puluh empat jenis, dan Pathamajjhana
Citta sebanyak sebelas jenis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar