Kamis, 23 Februari 2012

CETASIKA


Cetasika atau bentuk-bentuk batin adalah keadaan yang bersekutu dengan citta. Ada empat macam sifat cetasika, yaitu:
1.      Ekuppada, yang berarti timbulnya bersama dengan citta.
2.      Ekanirodha, yang berarti padamnya bersama dengan citta.
3.      Ekalambana, yang berarti mempunyai objek sama dengan citta.
4.      Ekavatthuka, yang berarti pemakaian objek sama dengan citta.

Dari keempat sifat cetasika ini dapatlah diketahui bahwa jika citta timbul, maka cetasika pun ikut timbul. Namun, jika citta padam, maka cetasika pun ikut padam. Jadi, cetasika selalu mengikuti citta bagaikan bayangan yang selalu mengikuti bendanya. Untuk memperjelas hal ini akan diberikan contoh sebagai berikut:

Appamanna Cetasika merupakan, bentuk-bentuk batin yang terdiri atas karuna cetasika dan mudita cetasika. Appamanna Cetasika dapat bersekutu dengan Patisandhi Citta (kesadaran bertumimbal lahir), Bhavanga Citta (kesadaran memelihara kehidupan atau disebut juga kesadaran diam karena tidak menerima objek), dan Cuti Citta (kesadaran ajal), atau juga sebagai Javana (kesadaran impulsi). Bila appamanna cetasika bersekutu dengan Rupavacaravipaka Citta, maka cetasika ini menjalankan kewajiban sebagai Patisandhi, Bhavanga, dan Cuti Citta. Namun, bila appamanna cetasika bersekutu kepada Mahavipaka Citta, Mahakiriya Citta, dan Rupavacarakiriya Citta, maka Cetasika ini menjalankan kewajiban sebagai Javana.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa pada saat Patisandhi Citta memasuki rahim seorang wanita, pada saat itu pulalah Cetasika ikut muncul. Citta dan Cetasika merupakan nama-khandha atau kelompok batin. Demikian pula dengan orang yang meninggal dunia. Pada saat itu, cittanya padam yang tentunya diikuti pula oleh padamnya cetasika. Jadi jika rupa-khandha seseorang telah menjadi mayat, maka rupa atau jasmaninya itu sama seperti benda-benda mati lainnya, yaitu tidak mempunyai citta dan cetasika. Dengan demikian, jika mayat itu dibakar atau dicabik-cabik oleh binatang buas untuk disantapnya, maka mayat itu tidak akan merasakan sakit karena mayat itu sudah tidak mempunyai perasaan (vedana cetasika).

Pembagian Cetasika
Cetasika terdiri atas lima puluh dua jenis. Setiap jenis cetasika mempunyai sifat yang tidak sama. Berdasarkan sifat-sifatnya yang berbeda itu, cetasika dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:
a.       Annasamana Cetasika, yang terdiri atas tiga belas jenis.
b.      Akusala Cetasika, yang terdiri atas empat belas jenis.
c.       Sobhana Cetasika, yang terdiri atas dua puluh lima jenis.

Annasamana Cetasika adalah bentuk-bentuk batin yang dapat bersekutu dengan semua kesadaran atau pikiran yang baik dan yang tidak baik. Akusala Cetasika adalah bentuk-bentuk batin yang tidak baik. Sobhana Cetasika adalah bentuk-bentuk batin yang baik. Bentuk-bentuk batin ini selalu timbul dan padam terus menerus dalam diri manusia dari waktu ke waktu. Sebagai umat Buddha, kita seyogyanya berusaha memunculkan bentuk-bentuk batin yang baik dan melenyapkan bentuk-bentuk batin yang tidak baik, agar kita dapat hidup tenang dan berbahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar