Cetasika atau
bentuk-bentuk batin adalah keadaan yang bersekutu dengan citta. Ada empat macam sifat
cetasika, yaitu:
1.
Ekuppada, yang berarti timbulnya bersama dengan citta.
2.
Ekanirodha, yang berarti padamnya bersama dengan citta.
3.
Ekalambana, yang berarti mempunyai objek sama dengan
citta.
4.
Ekavatthuka, yang berarti pemakaian objek sama dengan
citta.
Dari keempat sifat cetasika ini
dapatlah diketahui bahwa jika citta timbul, maka cetasika pun ikut timbul.
Namun, jika citta padam, maka cetasika pun ikut padam. Jadi, cetasika selalu
mengikuti citta bagaikan bayangan yang selalu mengikuti bendanya. Untuk
memperjelas hal ini akan diberikan contoh sebagai berikut:
Appamanna Cetasika merupakan,
bentuk-bentuk batin yang terdiri atas karuna cetasika dan mudita cetasika. Appamanna
Cetasika dapat bersekutu dengan Patisandhi Citta (kesadaran bertumimbal lahir),
Bhavanga Citta (kesadaran memelihara kehidupan atau disebut juga kesadaran diam
karena tidak menerima objek), dan Cuti Citta (kesadaran ajal), atau juga
sebagai Javana (kesadaran impulsi). Bila appamanna cetasika bersekutu dengan
Rupavacaravipaka Citta, maka cetasika ini menjalankan kewajiban sebagai
Patisandhi, Bhavanga, dan Cuti Citta. Namun, bila appamanna cetasika bersekutu
kepada Mahavipaka Citta, Mahakiriya Citta, dan Rupavacarakiriya Citta, maka
Cetasika ini menjalankan kewajiban sebagai Javana.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa
pada saat Patisandhi Citta memasuki rahim seorang wanita, pada saat itu pulalah
Cetasika ikut muncul. Citta dan Cetasika merupakan nama-khandha atau kelompok batin.
Demikian pula dengan orang yang meninggal dunia. Pada saat itu, cittanya padam yang
tentunya diikuti pula oleh padamnya cetasika. Jadi jika rupa-khandha seseorang telah
menjadi mayat, maka rupa atau jasmaninya itu sama seperti benda-benda mati
lainnya, yaitu tidak mempunyai citta dan cetasika. Dengan demikian, jika mayat
itu dibakar atau dicabik-cabik oleh binatang buas untuk disantapnya, maka mayat
itu tidak akan merasakan sakit karena mayat itu sudah tidak mempunyai perasaan
(vedana cetasika).
Pembagian Cetasika
Cetasika terdiri
atas lima puluh
dua jenis. Setiap jenis cetasika mempunyai sifat yang tidak sama. Berdasarkan
sifat-sifatnya yang berbeda itu, cetasika dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok, yaitu:
a.
Annasamana Cetasika, yang terdiri atas tiga belas
jenis.
b.
Akusala Cetasika, yang terdiri atas empat belas jenis.
c.
Sobhana Cetasika, yang terdiri atas dua puluh lima jenis.
Annasamana Cetasika adalah
bentuk-bentuk batin yang dapat bersekutu dengan semua kesadaran atau pikiran
yang baik dan yang tidak baik. Akusala Cetasika adalah bentuk-bentuk batin yang
tidak baik. Sobhana Cetasika adalah bentuk-bentuk batin yang baik.
Bentuk-bentuk batin ini selalu timbul dan padam terus menerus dalam diri
manusia dari waktu ke waktu. Sebagai umat Buddha, kita seyogyanya berusaha
memunculkan bentuk-bentuk batin yang baik dan melenyapkan bentuk-bentuk batin
yang tidak baik, agar kita dapat hidup tenang dan berbahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar