Di dalam tiga
puluh satu alam kehidupan terdapat satu kelompok alam yang disebut Rūpa Bhūmi.
Rūpa Bhūmi merupakan alam kehidupan yang makhluknya mempunyai rūpa jhāna. Rūpa
Bhūmi merupakan tempat tinggal makhluk Rūpa Brahma. Rūpa Bhūmi terdiri atas enam belas alam, dan
dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu Pathama Jhāna Bhūmi, Dutiya
Jhāna Bhūmi, Tatiya Jhāna Bhūmi, dan Catuttha Jhāna Bhūmi.
Setiap
makhluk yang berdiam di Rūpa Bhūmi ini mempunyai jangka waktu kehidupan yang
berbeda-beda. Jangka waktu kehidupan mereka amat lama sekali, sehingga tidak
dihitung dengan menggunakan perhitungan tahun, tetapi dihitung dengan
menggunakan perhitungan Kappa, Asankkheyya Kappa, dan Māha Kappa. Satu Māha
Kappa sama dengan seribu Asankkheyya Kappa. Satu Asankkheyya Kappa sama dengan
seribu Kappa. Jadi, satu Māha Kappa sama dengan satu juta Kappa.
Satu
Kappa berarti satu masa dunia. Mengenai perhitungan Kappa, Sang Buddha bersabda
sebagai berikut:
“Sungguh
lama, O para siswa, umur satu masa dunia dan tidak mungkin dapat dihitung
dengan perhitungan tahun. Sebab dalam satu masa dunia itu terdapat begitu
banyak tahun, begitu banyak abad, begitu banyak ribuan tahun, begitu banyak
ratus ribuan tahun. Jika sekiranya ada sebuah batu karang besar yang berukuran
panjang satu mil, lebar satu mil, dan tinggi satu mil, yang mana batu karang
itu merupakan satu gumpalan yang padat dengan tidak ada patah, pecah atau
retak, dan tiap-tiap seratus tahun, seseorang datang dan menggokkan sutra satu
kali pada batu karang itu, maka batu karang yang besar dan kasar itu lebih
dahulu habis dari pada umur satu masa dunia (kappa) itu”.
Dari
uraian di atas, jelaslah bahwa umur satu masa dunia itu sangat lama sekali,
sehingga tidak mungkin dihitung dengan perhitungan tahun. Umur satu masa dunia
itu hanya dapat diumpamakan sama seperti lamanya waktu yang diperlukan untuk
hancurnya sebuah batu karang yang sangat besar. Dengan demikian, jangka waktu
kehidupan makhluk-makhluk yang berdiam di alam Brahma yang menggunakan
perhitungan Kappa itu sangat lama sekali.
Pathama Jhāna Bhūmi
Pthama
Jhāna Bhūmi merupakan alam kehidupan alam jhāna pertama. Pathama Jhāna Bhūmi
merupakan tempat tinggal makhluk rūpa brahma yang mempunyai rūpa jhāna tingkat
pertama. Pathama Jhāna Bhūmi terdiri atas tiga alam, yaitu:
1.
Brahma Pārisajja Bhūmi atau alam pengikut-pengikut
Brahma.
2.
Brahma Purohita Bhūmi atau alam para menterinya Brahma.
3.
Māha Brahma Bhūmi atau alam Brahma yang besar.
Setiap makhluk yang berdiam di
Pathama Jhāna Bhūmi mempunyai jangka waktu kehidupan yang berbeda-beda. Jangka
waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Pathama Jhāna Bhūmi ini sangat sangat
lama sekali, sehingga menggunakan perhitungan Māha Kappa. Satu Māha Kappa sama
dengan satu juta Kappa. Jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma
Pārisajja Bhūmi adalah sepertiga Māha Kappa. Jangka waktu kehidupan makhluk
yang berdiam di Barahma Purohita Bhūmi adalah setengah Māha Kappa. Sedangkan,
jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Māha Brahma Bhūmi adalah satu
Māha Kappa. Bila jangka waktu kehidupan makhluk-makhluk tersebut telah habis
maka mereka akan meninggal dari alamnya untuk bertumimbal lahir lagi di
alam-alam lain, sesuai dengan karmanya. Jadi, makhluk-makhluk yang berdiam di
Pathama Jhāna Bhūmi ini masih dicengkeram juga oleh anicca atau ketidakkekalan.
Dutiya
Jhāna Bhūmi merupakan alam kehidupan jhāna kedua. Dutiya Jhāna Bhūmi merupakan
tempat tinggal makhluk rūpa Brahma yang mempunyai rūpa jhāna tingkat kedua dan
rūpa jhāna tingkat ketiga. Makhluk rūpa brahma yang mempunyai rūpa jhāna
tingkat kedua dan ketiga ini dapat bertumimbal lahir di satu alam yang sama,
yaitu Dutiya Jhāna Bhūmi, karena keadaan batin mereka amat dekat sekali.
Dutiya
Jhāna Bhūmi terdiri atas tiga alam, yaitu:
1.
Brahma Parittābha Bhūmi atau alam para brahma yang
kurang bercahaya.
2.
Brahma Apamānabhā Bhūmi atau alam para brahma yang
terbatas cahayanya.
3.
Brahma Abhassarā Bhūmi atau alam para brahma yang
gemerlapan cahayanya.
Setiap makhluk yang berdiam di Dutiya Jhāna Bhūmi
mempunyai jangka waktu yang berbeda-beda. Jangka waktu kehidupan makhluk yang
berdiam di Brahma Parittābha adalah dua Māha Kappa. Jangka waktu kehidupan
makhluk yang berdiam di Brahma Appamana Bhūmi adalah empat Māha Kappa.
Sedangkan, jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma Abhassarā
Bhūmi adalah delapan Māha Kappa. Bila jangka waktu kehidupan makhluk-makhluk
tersebut telah habis, maka mereka akan meninggal dari alamnya untuk bertumimbal
lahir lagi di alam-alam lain, sesuai dengan karmanya. Jadi, makhluk-makhluk
yang berdiam di Dutiya Jhāna Bhūmi ini masih dicengkeram juga oleh anicca atau
ketidakkekalan.
Tatiya Jhāna Bhūmi
Tatiya
Jhāna Bhūmi merupakan alam kehidupan Jhāna ketiga. Tatiya Jhāna Bhūmi merupakan
tempat tinggal makhluk rūpa brahma yang mempunyai rūpa jhāna tingkat keempat.
Tatiya Jhāna Bhūmi terdiri atas tiga alam, yaitu:
1.
Brahma Parittasubhā Bhūmi atau alam para brahma yang
kurang auranya.
2.
Brahma Appamānasubhā Bhūmi atau alam para brahma yang
tidak terbatas auranya.
3.
Brahma Subhakinhā Bhūmi atau alam para brahma yang
auranya penuh dan tetap.
Setiap makhluk yang berdiam di Tatiya Jhāna Bhūmi
mempunyai jangka waktu kehidupan yang berbeda-beda. Jangka waktu kehidupan
makhluk yang berdiam di Brahma Parittasubhā Bhūmi adalah enam belas Māha Kappa.
Jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma Appamānasubhā Bhūmi
adalah tiga puluh dua Māha Kappa. Sedangkan, jangka waktu kehidupan makhluk
yang berdiam di Brahma Subhakinhā Bhūmi enam puluh empat Māha Kappa. Bila
jangka waktu kehidupan makhluk-makhluk tersebut telah habis, maka mereka akan
meninggal dari alamnya untuk bertumimbal lahir lagi di alam-alam lain, sesuai
dengan karmanya. Jadi, makhluk-makhluk yang berdiam di Tatiya Jhāna Bhūmi ini
masih dicengkeram juga
Catuttha Jhāna Bhūmi
Catuttha
Jhāna Bhūmi merupakan alam kehidupan jhāna keempat. Catuttha Jhāna Bhūmi
merupakan tempat tinggal makhluk rūpa brahma yang mempunyai rūpa jhāna tingkat
kelima. Catuttha Jhāna Bhūmi terdiri atas tujuh alam, yaitu:
1.
Brahma Vehapphalā Bhūmi atau alam para brahma yang
besar pahalanya.
2.
Brahma Asaññasatta Bhūmi atau alam para brahma yang
kosong dari kesadaran (yang tidak bergerak).
3.
Brahma Aviha Bhūmi atau alam para brahma yang tidak
bergerak.
4.
Brahma Atappā Bhūmi atau alam para brahma yang suci.
5.
Brahma Suddassā Bhūmi atau alam para brahma yang indah.
6.
Brahma Suddassi Bhūmi atau alam para brahma yang
berpandangan terang.
7.
Brahma Akani hā
Bhūmi atau alam para brahma yang luhur.
Setiap makhluk yang berdiam di Catuttha Jhāna Bhūmi
mempunyai jangka waktu kehidupan yang berbeda-beda. Jangka waktu kehidupan
makhluk yang berdiam di brahma Vehapphalā Bhūmi adalah lima ratus Māha Kappa. Jangka waktu kehidupan
makhluk yang berdiam di brahma Asaññasatta Bhūmi adalah lima ratus Māha Kappa. Jangka waktu kehidupan
makhluk yang berdiam di brahma Aviha Bhūmi adalah seribu Māha Kappa. Jangka
waktu kehidupan makhluk yang berdiam di brahma Atappā Bhūmi adalah dua ribu Māha Kappa. Jangka waktu
kehidupan makhluk yang berdiam di brahma Suddassā Bhūmi adalah empat ribu Māha
Kappa. Sedangkan, jangka waktu kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma
Suddassi Bhūmi adalah delapan ribu Māha Kappa. Sedangkan, jangka waktu
kehidupan makhluk yang berdiam di Brahma Akanitta Bhūmi adalah enam belas ribu
Māha Kappa. Bila jangka waktu kehidupan makhluk-makhluk tersebut telah habis,
maka mereka akan meninggal dari alamnya untuk bertumimbal lahir lagi di
alam-alam lain, sesuai dengan karmanya. Jadi, makhluk-makhluk yang berdiam di
Catuttha Jhāna Bhūmi ini masih dicengkeram juga oleh anicca atau
ketidakkekalan.
Dalam Catuttha Jhāna Bhūmi terdapat
tujuh alam kehidupan yang makhluknya mempunyai rūpa jhāna tingkat kelima. Dari
ketujuh alam yang terdapat dalam Catuttha Jhāna Bhūmi ini ada lima alam kediaman murni, yang merupakan alam
kediaman khusus untuk para Anāgāmi, yang disebut Suddhavassa Bhūmi. Alam
Suddavassa ini terdiri atas lima
alam, yaitu: Brahma Aviha Bhūmi, Brahma Atappā Bhūmi, Brahma Suddassā
Bhūmi, Brahma Suddassi Bhūmi, dan Brahma Akani hā Bhūmi.
Pada
umumnya, makhluk yang berdiam di Suddhāvasa Bhūmi ini adalah para Anāgāmi.
Namun, tidak semua Anāgāmi dapat bertumimbal lahir di Suddhāvasa Bhūmi. Anāgāmi
yang dapat bertumimbal lahir di Suddhāvasa Bhūmi ini adalah Anāgāmi yang
mempunyai Pañcamajjhāna Kusala atau rūpa jhāna tingkat kelima dapat mempunyai
panca indriya atau lima
macam kekuatan. Panca indriya itu terdiri atas:
1.
Saddhindriya atau keyakinan.
2.
Viriyindriya atau usaha.
3.
Satindriya atau kesadaran.
4.
Samadhindriya atau konsentarasi.
5.
Paññindriya atau kebijaksanaan.
Anāgāmi yang kuat dalam Saddhindriya akan bertumimbal lahir
di Brahma Aviha Bhūmi. Anāgāmi yang kuat dalam Viriyindriya akan bertumimbal
lahir di Brahma Atappā Bhūmi. Anāgāmi yang kuat dalam Satindriya akan
bertumimbal lahir di Brahma Suddasa Bhūmi. Anāgāmi yang kuat dalam
Samadhindriya akan bertumimbal lahir di Brahma Suddasi Bhūmi. Anāgāmi yang kuat
dalam Paññandriya akan bertumimbal lahir di Brahma Akanitta Bhūmi.
Anāgāmi yang tidak mempunyai Pañcamajjhāna Kusala tidak dapat bertumimbal lahir di alam
Suddhāvasa. Mereka akan bertumimbal lahir di salah satu alam dalam Rūpa Bhūmi,
sesuai dengan tingkatan jhānanya. Jika Anāgāmi itu mempunyai rūpa jhāna tingkat
pertama, maka ia akan bertumimbal lahir di salah satu alam dari Patahama Jhāna
Bhūmi, sesuai dengan kekuatan jhānanya. Jika Anāgāmi itu mempunyai rūpa jhāna
tingkat kedua atau ketiga, maka ia akan bertumimbal lahir di salah satu alam
dari Dutiya Jhāna Bhūmi, sesuai dengan kekuatan jhānanya. Jika anagagi itu
mempunyai rūpa jhāna tingkat keempat, maka ia akan bertumimbal lahir di salah
satu alam dari Tatiya Jhāna Bhūmi, sesuai dengan kekuatan jahananya.
Setiap Anāgāmi pasti akan bertumimbal
lahir di alam Brahma setelah kematiannya dari alam manusia atau alam dewa.
Untuk dapat bertumimbal lahir di alam Brahma, Anāgāmi harus mempunyai jhāna.
Jika Anāgāmi itu tidak mempunyai jhāna semasa hidupnya, maka ia tetap akan
bertumimbal lahir di alam brahma. Sebab, Anāgāmi yang tidak mempunyai jhāna
semasa hidupnya itu akan mendapatkan maggasidh0-jhāna sewaktu akan meninggal
dunia. Dengan kekuatan maggasddhi-jhāna inilah para Anāgāmi akan bertumimbal
lahir di salah satu alam dalam Rūpa Bhūmi (tidak termasuk alam Suddhāvasa).
Rūpa brahma adalah brahma yang bermateri,
yaitu brhama yang mempunyai pancakkhandha atau lima kelompok kehidupan. Rūpa brahma
mempunyai rūpakkhandha ataukelompok jasmani dan namakkhandha atau kelompok batin.
Namun, dalam enam belas Rūpa Bhūmi terdapat satu alam yang makhluknya hanya
hanya mempunyai Rūpakkhandha atau kelompok materi, yaitu Asaññasatta Bhūmi.
Makhluk brahma yang berdiam di Asaññasatta Bhūmi tidak mempunyai sana atau pencerapan.
Sañña merupakan Cetasika atau bentuk-bentuk batin yang selalu timbul bersama
dengan citta atau kesadaran. Jadi, makhluk Asaññasatta Brahma tidak mempunyai
citt dan Cetasika, yang berarti tidak mempunyai namakkhandha atau kelompok
batin. Makhluk Asaññasatta Brahma tidak mempunyai namakkhandha karena pada
kehidupan sebelumnya, mereka mempunyai miccha ditthi atau pandangan salah yang
menganggap bahwa nama atau batin merupakan penyebab timbulnya dukkha. Ia
beranggapan bahwa ia menderita karena ia masih memiliki nama atau batin,
sehingga ia tidak ingin memiliki nama atau batin lagi pada kehidupannya yang
akan datang.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa
makhluk-makhluk Asaññasatta Brahma hanya memiliki rūpa atau materi. Oleh sebab
itu, dalam Abhidhamma, Asaññasatta Bhūmi disebut juga Ekavokara Bhūmi,
yaitu alam yang makhluknya mempunyai satu khandha (rūpakkhandha). Karena
makhluk Asaññasatta Brahma hanya mempunyai Rūpakkhandha atau kelompok materi
saja, maka mereka tidak dapat melakukan kamma atau perbuatan apapun selama
mereka hidup di alam tersebut. Namun, makhluk Asaññasatta Brahma yang hanya
memiliki Rūpakkhandha saja tetap merupakan makhluk hidup di dalam agama Buddha,
karena mereka di lahirkan oleh Janaka Kamma dan kehidupannya diatur oleh Kamma
Niyama (hukum karma).
Di dalam tiga puluh satu alam kehidupan,
sesuai dengan jalannya hukum karma, kita pernah dilahirkan pada dua puluh enam
alam kehidupan (tidak termasuk lima
Suddhāvasa Bhūmi). Sebab, Suddhāvasa Bhūmi merupakan alam khusus untuk para
Anāgāmi, sedangkan kita belum mencapai kesucian Anāgāmi. Lagi pula, bila kita
mencapai Anāgāmi dan bertumimbal lahir di Suddhāvasa Bhūmi, maka kita tidak
mungkin akan bertumimbal lahir lagi di alam-alam kehidupan yang lain. Para
Anāgāmi yang berdiam di Suddhāvasa Bhūmi akan mencapai tingkat kesucian
Arahat di alam tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar