Rupavacara Citta
berarti kesadaran atau pikiran yang mencapai objek dari Rupa-jhana. Kesadaran atau
pikiran ini berkelana di Rupa Bhumi. Rupa Bhumi merupakan alam kehidupan yang
makhluk
Makhluknya mempunyai rupa jhana. Rupa
Bhumi terdiri atas enam belas alam, yang terbagi atas empat kelompok, yaitu:
1. Pathama Jhana
Bhumi atau alam jhana tingkat pertama, yang terdiri atas tiga alam, yaitu
Brahma Parisajja Bhumi, Brahma Purohita Bhumi, dan Maha Brahma Bhumi.
2. Dutiya Jhana Bhumi
atau alam jhana tingkat kedua, yang juga terdiri atas tiga alam, yaitu Brahma Parittabha
Bhumi, Brahma Appamanabha Bhumi, dan Brahma Abhassara Bhumi.
3. Tatiya Jhana Bhumi
atau alam jhana tingkat ketiga, yang juga terdiri atas tiga alam, yaitu Brahma Parittasubha
Bhumi, Brahma Appamanasubha Bhumi, dan Brahma Subhakinha Bhumi.
4. Catuttha Jhana Bhumi
atau alam jhana tingkat keempat, yang terdiri atas tujuh alam, yaitu Brahma Vehapphala
Bhumi, Brahma Asannasatta Bhumi, dan lima alam Suddhavasa (Brahma Aviha Bhumi,
Brahma Atappa Bhumi, Brahma Sudassa Bhumi, Brahma Sudassi Bhumi, dan Brahma
Akanittha Bhumi).
Orang yang melaksanakan Samatha
Bhavana dengan tekun akan mencapai rupa jhana bila karma baiknya telah masak.
Di dalam memasuki rupa-jhana, timbullah faktor-faktor jhana yang memberi corak
dan suasana bagi tiap-tiap jhana itu. Faktor-faktor jhana tersebut ada lima macam, yaitu:
1. Vitakka, yang
berarti penopang pikiran yang merupakan perenungan permulaan untuk memegang objek.
2. Vicara, yang
berarti gema pikiran, keadaan pikiran dalam memegang objek dengan kuat.
3.
Piti, yang
berarti kegiuran atau kenikmatan.
4.
Sukha, yang
berarti kebahagiaan yang tak terhingga.
5.
Ekaggata,
yang berarti pemusatan pikiran yang kuat.
Jhana berarti keadaan yang menjadi
alat pembasmi terhadap penentang atau musuh yang mengganggu. Keadaan ini
dinamakan nivarana, yang berarti alat perintang terhadap kebaikan. Disebut
perintang karena nivarana tidak memberikan kesempatan untuk mencapai
jhana-citta. Nivarana terdiri atas lima
macam, yaitu:
1.
Kamachanda-Nivarana,
yang berarti kesenangan dan kepuasan dalam nafsu.
2.
Byapada-Nivarana,
yang berarti kemauan jahat.
3.
Thinamiddha-Nivarana,
yang berarti kemalasan dan kelelahan.
4.
Uddhacca-kukucca-Nivarana,
yang berarti kegelisahan dan kekhawatiran (karena ada masalah).
5.
Vicihccha-Nivarana,
yang berarti keragu-raguan.
Jhana merupakan alat penekan
nivarana. Dalam hal ini, vitakka menekan thina-middha (kemalasan dan
kelelahan), vicara menekan vicikiccha (keragu-raguan), piti menekan byapada
(kemauan jahat), suka menekan uddhacca-kukkucca (kegelisahan dan kekhawatiran),
dan ekaggata menekan kamacchanda (nafsu-nafsu keinginan). Selama jhana masih
ada, selama itu pula nivarana tidak timbul. Namun, bila jhana merosot, maka
nivarana (perintang) akan timbul lagi.
Untuk
menimbulkan jhana, orang itu harus melaksanakan Samatha Bhavana atau meditasi
ketenangan batin. Ada
empat puluh objek meditasi dalam Samatha Bhavana yang dapat digunakan untuk
menimbulkan jhana, yaitu:
Sepuluh kasina
(sepuluh wujud benda), sepuluh asubha (sepuluh wujud kekotoran), sepuluh
anussati (sepuluh macam perenungan), empat appamanna (empat keadaan yang tidak
terbatas), satu aharepatikulasanna (satu perenungan terhadap makanan yang
menjijikkan), satu catudhatuvavatthana (satu analisa terhadap keempat unsur),
dan empat arupa (empat perenungan tanpa, materi).
Menurut Sutta
Pitaka, terdapat delapan tingkat jhana yang terdiri atas empat tingkat rupa jhana
dan empat tingkat arupa jhana. Sedangkan, menurut Abhidhamma Pitaka, terdapat
sembilan tingkat jhana yang terdiri atas lima
tingkat rupa jhana dan empat tingkat arupa jhana. Jadi, dalam Sutta dan
Abhidhamma terdapat perbedaan tingkat rupa jhananya. Perbedaan ini muncul
karena dalam Abhidhamma, hal ini disesuaikan menurut keadaan, menurut bagian,
dan jumlah kesadaran yang berada dalam rupavacara-citta, karena kesadaran dari
manda puggala (orang yang kurang cerdas) tidak dapat melihat kekotoran dari
vitakka dan vicara kedua-duanya ini sekaligus dalam waktu yang sama, hanya
dapat membuang "keadaan batin" satu persatu, yaitu dutiya-jhana (jhana
tingkat kedua) membuang vitakka, dan tatiya-jhana (jhana tingkat ketiga)
membuang vicara. Namun, dalam Sutta Pitaka, hal ini disesuaikan dengan
kesadaran yang dimiliki oleh tikkha puggala (orang yang cerdas), yang mana ia
mampu menyelidiki dan melihat kekotoran dari vitakka dan vicara sekaligus.
Karena itu, dalam Sutta Pitaka, rupa-jhana mempunyai empat tingkatan.
Untuk mencapai
pathama-jhana (jhana tingkat pertama), objek yang harus diambil dalam melaksanakan
Samatha Bhavana ialah sepuluh asubha (sepuluh wujud kekotoran) dan satu
kayagatasati (satu perenungan terhadap badan jasmani). Untuk mencapai
dutiya-jhana (jhana tingkat kedua), tatiya-jhana (jhana tingkat ketiga), dan
catuttha-jhana (jhana tingkat keempat), objek yang harus diambil dalam
melaksanakan Samatha Bhavana ialah tiga appamanna (metta, karuna, dan mudita).
Untuk mencapai pancama-jhana (jhana tingkat kelima), objek yang harus diambil
dalam melaksanakan Samatha Bhavana ialah upekkha.
Dari empat puluh
objek Samatha Bhavana dapatlah diketahui bahwa ada sebelas objek meditasi yang
dapat digunakan untuk mencapai jhana tingkat pertama sampai dengan jhana
tingkat kelima. Sepuluh kasina (sepuluh wujud benda) dan anapanasati (perenungan
terhadap pernapasan) dapat dijadikan objek
meditasi oleh semua orang untuk mencapai lima
tingkat rupa jhana tersebut.
Bagi seseorang yang
telah mencapai jhana tingkat pertama (Pathama-Jhana), bila ia ingin mencapai jhana-jhana
tingkat selanjutnya, maka ia harus mempunyai lima
macam keahlian yang disebut lima
vasi. Lima vasi atau lima macam keahlian ini adalah:
1.
Avajjana-Vasi,
yaitu keahlian dalam pemikiran akan memasuki jhana menurut waktu yang
dikehendaki.
2.
Samapajjana-Vasi
yaitu keahlian dalam memasuki jhana.
3.
Adhitthana-Vasi,
yaitu keahlian dalam menentukan berapa lama hendak berada dalam jhana.
4.
Vutthana-Vasi
yaitu keahlian dalam 'keluar' dari jhana.
5.
Paccavekkhana-Vasi
yaitu keahlian dalam peninjauan terhadap jhana.
Pembagian Rupavacara Citta
Rupavacara Citta
berjumlah lima
belas jenis yang terbagi atas tiga kelompok, yaitu:
1.
Rupavacarakusala Citta, yang terdiri atas lima tingkatan jhana.
2.
Rupavacaravipaka Citta, yang terdiri atas lima akibat kesadaran
jhana.
3.
Rupavacarakiriya Citta, yang terdiri atas lima tingkatan jhana.
Rupavacarakusala Citta
Rupavacara Citta
berarti kesadaran atau pikiran baik yang mencapai rupa-jhana. Kesadaran atau pikiran
ini terdapat pada orang yang belum mencapai tingkat kesucian arahat.
Rupavacara-kusala Citta terdiri atas lima
tingkatan jhana, yaitu:
1. Vitakka, vicara, piti, sukha, ekaggatasahitam, Pathamajjhana
kusalacittam, yang berarti kesadaran atau pikiran baik dari jhana pertama yang
timbul bersama dengan vitakka, vicara, piti, sukha, dan ekaggata.
2. Vicara, piti, sukha, ekaggatasahitam, dutiyajjhana
kusalacittam, yang berarti kesadaran atau pikiran baik dari jhana kedua yang
timbul bersama dengan vicara, piti, sukha, dan ekaggata.
3. Piti, sukha, ekaggatasahitam, tatiyajjhana
kusalacittam, yang berarti kesadaran atau pikiran baik dari jhana ketiga yang
timbul bersama dengan piti, sukha, dan ekaggata.
4. Sukha, ekaggatasahitam, catutthajjhana kusalacittam,
yang berarti kesadaran atau pikiran baik dari jhana keempat yang timbul bersama
dengan sukha dan ekaggata.
5. Upekkha, ekaggatasahitam, pancamajjhana kusalacittam,
yang berarti kesadaran atau pikiran baik dari jhana kelima yang timbul bersama
dengan upekkha (keseimbangan batin) dan ekaggata.
Rupavacaravipaka Citta
Rupavacaravipaka
Citta berarti kesadaran atau pikiran yang menjadi hasil atau akibat dari Rupavacarakusala
Citta. Rupavacaravipaka Citta terdiri atas lima akibat kesadaran jhana, yaitu:
1. Vitakka, vicara, piti, sukha, ekaggatasahitam,
pathamajjhana vipakacittam, yang berarti akibat kesadaran atau pikiran dari
jhana pertama yang timbul bersama dengan vitakka, vicara, piti, sukha, dan
ekaggata.
2. Vicara, piti, sukha, ekaggatasahitam, dutiyajjhana vipakacittam,
yang berarti akibat kesadaran atau pikiran dari jhana kedua yang timbul bersama
dengan vicara, piti, sukha, dan ekaggata.
3. Piti, sukha, ekaggatasahitam, tatiyajjhana vipakacittam,
yang berarti akibat kesadaran atau pikiran dari jhana ketiga yang timbul
bersama dengan piti, sukha, dan ekaggata.
4. Sukha, ekaggatasahitam, catutthajhana vipakacittam,
yang berarti akibat kesadaran atau pikiran dari jhana keempat yang timbul
bersama dengan sukha dan ekaggata.
5. Upekkha, ekaggatasahitam, pancamajjhana vipakacittam,
yang berarti akibat kesadaran atau pikiran dari jhana kelima yang timbul
bersama dengan upekkha (keseimbangan batin) dan ekaggata.
Rupavacaravipaka Citta merupakan
hasil atau akibat dari kesadaran atau pikiran yang menyebabkan tumimbal lahir di
Rupa Bhumi (Alam Kehidupan yang makhluknya mempunyai rupa-jhana). Pathama Jhana-Kusala
memberikan akibat menjadi Pathama-Jhana-Vipaka, dan bertumimbal lahir di
Pathama Jhana Bhumi (Alam Jhana tingkat pertama), yaitu Brahma Parisajja Bhumi,
Brahma Purohita Bhumi, dan Maha Brahma Bhumi. Dutiya-Jhana-Kusala memberikan
akibat menjadi Dutiya-Jhana-Vipaka, dan Tatiya-Jhana-Kusala memberikan akibat
menjadi Tatiya-Jhana-Vipaka, dan kedua Jhana Vipaka ini bertumimbal lahir di
Dutiya Jhana Bhumi (Alam Jhana tingkat kedua), yaitu Brahma Parittabha Bhumi,
Brahma Appamanabha Bhumi, dan Brahma Abhassara Bhumi. Kedua Jhana Vipaka ini memberikan
akibat tumimbal lahir bersama di Dutiya Jhana Bhumi karena "keadaan
batin" dari vitakka dan vicara sangat dekat sekali dan saling membantu.
Catuttha-Jhana-Kusala memberikan akibat
menjadi Catuttha-Jhana-Vipaka, dan bertumimbal lahir di Tatiya Jhana Bhumi (Alam
Jhana tingkat ketiga), yaitu Brahma Parittasubha Bhumi, Brahma Appamanasubha
Bhumi dan Brahma Subhakinha Bhumi. Pancama-Jhana-Kusala memberikan akibat
menjadi Pancama Jhana Vipaka, dan bertumimbal lahir di Catuttha Jhana Bhumi
(Alam Jhana tingkat keempat), yaitu Brahma Vehapphala Bhumi dan lima alam yang disebut
Suddhavasa Bhumi (tidak termasuk Brahma Asannasatta Bhumi). Untuk dapat
bertumimbal lahir di alam Suddhavasa, selain telah mempunyai jhana tingkat
kelima (pancamajjhana), seseorang harus pula telah memiliki lima macam kemampuan dan mencapai tingkat
kesucian Anagami
Rupavacarakiriya Citta
Rupavacarakiriya
Citta berarti kesadaran atau pikiran khusus terdapat pada arahat yang mencapai
rupa-jhana. Kesadaran atau pikiran ini tidak berakibat karena arahat tidak akan
bertumimbal lahir lagi. Rupavacarakiriya Citta terdiri atas lima tingkatan jhana, yaitu:
1. Vitakka, vicara, piti, sukha, ekaggatasahitam,
pathamajjhana kiriyacittam, yang berarti kesadaran atau pikiran tidak berakibat
dari jhana pertama yang timbul bersama dengan vitakka, vicara, piti, sukha, dan
ekaggata.
2. Vicara, piti, sukha, ekaggatasahitam, dutiyajjhana
kiriyacittam, yang berarti kesadaran atau pikiran tidak berakibat dari jhana
kedua yang timbul bersama dengan vicara, piti, sukha, dan. ekaggata.
3. Piti, sukha, ekaggatasahitam, tatiyajjhana
kiriyacittam, yang berarti kesadaran atau pikiran tidak berakibat dari jhana
ketiga yang timbul bersama dengan piti, sukha, dan ekaggata.
4. Sukha, ekaggatasahitam, catutthajjhana kiriyacittam,
yang berarti kesadaran atau pikiran tidak berakibat dari jhana keempat yang
timbul bersama dengan sukha dan ekaggata.
5. Upekkha, ekaggatasahitam, pancamajjhana kiriyacittam,
yang berarti kesadaran atau pikiran tidak berakibat dari jhana kelima yang
timbul bersama dengan upekkha (keseimbangan batin) dan ekaggata.
Alam-alam yang lima
belas Rupavacara Citta dapat timbul
Rupavacarakusala
Citta yang terdiri atas lima jenis dapat timbul
dalam dua puluh dua alam, yaitu tujuh Kamasugati Bhumi (satu alam manusia dan
enam alam dewa) dan lima
belas Rupa Bhumi (tidak termasuk Asannasatta Bhumi). Rupavacaravipaka Citta
yang terdiri atas lima jenis dapat timbul dalam lima belas alam, yaitu lima belas Rupa Bhumi (tidak termasuk
Asannasatta Bhumi). Rupavacarakiriya Citta yang terdiri atas lima
jenis dapat timbul dalam dua puluh dua alam, yaitu tujuh Kamasugati Bhumi dan lima belas Rupa Bhumi.
Dalam Asannasatta Bhumi tidak terdapat sanna atau pencerapan. Sanna merupakan
cetasika atau bentuk-bentuk batin yang selalu timbul bersama dengan citta atau
kesadaran. Jadi, di alam Asannasatta ini tidak terdapat citta dan cetasika.
Oleh sebab itu, Rupavacara-citta tidak dapat timbul pada alam tersebut.
Dalam empat Apaya Bhumi (empat
alam yang menyedihkan), hanya ada Duggati Ahetuka Puggala, tidak ada Tihetuka Puggala
atau makhluk yang bertumimbal lahir dengan Tihetuka. Sedangkan, jhana citta itu
timbulnya khusus hanya kepada Tihetuka Puggala. Jadi, jhana-citta tidak dapat
timbul pada alam tersebut.
namo budaya, bagus sekali blognya..
BalasHapus