Akhirnya
ia memutuskan:
"Pertama
-tama saya akan mencari lembu yang hilang itu terlebih dahulu, kemudian saya
akan
pergi menemui Sang Buddha". Keesokan harinya, pagi- pagi sekali ia pergi ke hutan
untuk mencari lembunya yang tersesat. Penduduk
desa Alavi mempersilahkan Sang Buddha beserta murid -muridnya untuk duduk di tempat yang telah mereka persiapkan, dan mempersembahkan
bubur dan makanan lainnya
dengan penuh hormat. Sesudah makan, Sang
Buddha biasanya mengucapkan terima kasih dengan membacakan
Paritta Pemberkahan, tetapi kali ini Sang Buddha berkata:
"Ia
yang menyebabkanKu datang ke sini bersama para bhikkhu sedang pergi ke hutan
mencari
lembunya yang hilang. Kita tunggu sampai dia
kembali, setelah ia datang Aku akan membabarkan
Dhamma". Kemudian Sang Buddha duduk diam. Orang
miskin itu setelah menemukan lembunya yang tersesat, segera menggiring lembunya kembali ke kandang. Ia lalu berpikir:
"Kalau
tidak ada apa-apa lagi, saya harus segera pergi mengunjungi dan memberikan
hormat
kepada Sang Buddha". Dengan menahan rasa lapar yang amat sangat, ia segera
pergi menemui Sang Buddha. Setelah orang itu
bernamaskara di hadapan Sang Buddha, ia lalu duduk diam- diam di salah satu sisi. Sang Buddha setelah melihat orang itu datang,
segera berkata kepada orang yang melayaninya:
"Apakah
masih ada makanan?".
"Masih
ada Yang Mulia, masih banyak makanan".
"Berikanlah
makanan kepada orang ini".
Kemudian
orang itu diberikan bubur dan makanan lainnya. Setelah selesai makan, ia
mencuci
mulutnya lalu duduk dengan tenang.
Kemudian
Sang Buddha membabarkan Dhamma, menjelaskan Empat Kesunyataan Mulia. Pada akhir khotbah, orang itu mencapai Tingkat Kesucian
Pertama (Sotapana). Setelah Sang Buddha
selesai membabarkan Dhamma, Beliau lalu membacakan Paritta Pemberkahan dan segera meninggalkan desa itu. Di perjalanan, para bhikkhu menyatakan keheranannya
dengan apa yang Sang Buddha lakukan pada hari
ini, mereka berkata:
"Saudaraku, Guru kita belum pernah
melakukan hal seperti ini sebelumnya. Tetapi melihat orang itu kelaparan, Sang Guru meminta penduduk desa
menyediakan makanan untuknya". Sang
Buddha segera berhenti berjalan, berbalik dan bertanya:
"O,
para bhikkhu, apa yang kalian bicarakan?".
Setelah
Sang Buddha mendengar apa yang mereka bicarakan, Beliau berkata:
"O,
para bhikkhu, kadatanganKu kemari dengan melalui perjalanan yang berat dan jauh
ini
adalah karena Aku melihat orang itu
mempunyai kemampuan untuk mencapai Tingkat Kesucian. Pagi- pagi sekali dengan menahan lapar, ia ke hutan
mencari lembunya yang hilang. Jadi kalau Aku
membabarkan AjaranKu kepada orang yang perutnya lapar, ia tidak akan dapat
mengerti apa
yang
Kuajarkan. Karena itu Aku melakukan apa yang harus Kulakukan. O, para bhikkhu, kelaparan adalah penyakit yang paling berat".
Sang
Buddha lalu mengucapkan syair:
"Kelaparan
merupakan penyakit yang paling berat. Segala sesuatu yang berkondisi merupakan penderitaan yang paling besar. Setelah mengetahui hal
ini sebagaimana adanya, orang bijaksana memahami
bahwa Nibbana merupakan kebahagiaan tertinggi"
(Dhammapada,
Sukha Vagga no. 7)
""OM AWIGNAM ASTU NAMMO BUDDHAYA"" Semoga sinar cinta kasih BUDDHA selalu menyinari hati dan sanubari semua makhluk. ""SADHU SADHU SADHU""
BalasHapusNB: Salam kenal dari Ananda Padma @facebook. "BBU"
Tiada perlindungan lain Bagiku,, Tri Ratnlah Pelindungku.
BalasHapusSemoga terus maju dlm Dhamma.
Karma Baik Melindungi MU.
Sadhu Sadhu Sadhu,Anumodana :)
BalasHapus