Kamis, 10 Maret 2011

Dhamma Pelindung Kita

Namo Buddhaya..
Bagi teman-teman sedhamma yang belum memahami Dhamma ajaran Buddha kali ini saya sedikit berbagi tentang Dhamma ajaran Buddha dengan tema Brahma Vihara..
Brahma Vihara ( Empat Kediaman Luhur)
      Brahma Vihara secara harifiah berarti tempat berdiamnya para brahmana atau keadaan luhur. Ada empat pembagian dalam kediaman luhur ini yaitu Metta, Karuna, Mudita, dan Upekkha. Keempat sifat luhur ini sering juga dinamakan keadaan tanpa batas (appamanna). disebut demikian, karena tidak ada yang merintangi atau tiada batas, dan dapat berkembang luas sampai kesemua makhluk hidup. Setiap orang dapat mengembangkan empat sifat ini tanpa memandang agama ataupun kepercayaan, setiap orang yang mengembangkan sifat-sifat luhur ini dan berkahnya akan memancar pada diri sendiri dan juga pada makhluk-makhluk lainnya.
  1. Metta (cinta kasih) 
  • Sifat luhur yang pertama adalah metta yang berarti sesuatu yang dapat menghaluskan hatiseseorang, atau rasa persahabatan sejati. Metta dirumuskan sebagai keinginan akan kebahagiaan semua makhluk tanpa terkecuali. Metta juga sering dikatakan sebagai niat suci yang mengharapkan kesejahteraan dan kebahagiaan makhluk-makhluk lain, seperti seorang sahabat mengharapkan kebahagiaan temannya. Sifat bajik dan mulia merupakan corak yang khas dari metta. Orang yang melatih metta akan selalu gembira dalam memajukan kesejahteraan orang lain. Orang yang selalu melatih metta pada dirinya akan memperoleh manfaat atau pahala metta yaitu: (1) orang yang penuh metta dapat tidur dengan tenang, (2) ia akan disegani oleh orang lain, (3) orang yang melatih metta akan dicintai makhluk-makhluk yang bukan manusia, (4) para dewa akan melindungi karena kekuatan mettanya, (5) orang yang penuh dengan meta akan mudah memusatkan pikiran, (6) metta mempunyai pengaruh untuk menambah keindahan wajah seseorang, (7) orang yang batinya penuh metta matinya akan tenang. 
    Dengan dimulai dari diri sendiri kita harus mengembangkan cinta kasih sedikit demi sedikit kepada semua makhluk, tanpa memandang kepercayaan, bangsa, ras, jenis kelamin, termasuk juga binatang sehingga kita bisa menyesuaikan diri terhadap segala sesuatu tanpa membeda-bedakan dalam mengembangkan cinta kasih kita


    2. Karuna (kasih sayang)
      Karuna atau kasih sayang adalah sesuatu yang dapat menggetarkan hati kearah rasa kasihan bila mengetahui orang lain sedang menderita, atau kehendak untuk meringankan penderitaan orang lain. coraknya yang paling menonjol adalah kecenderungan untuk menghilangkan penderitaan orang lain. Hati seseorang yang  penuh kasih sayang adalah lebih halus dari pada bunga; ia tidak akan berhenti dan tidak puas sebelum dapat meringankan penderiataan orang lain. Bahkan kadang-kadang ia sampai mengorbankan hidupnya demi membebaskan orang lain dari segala penderitaannya. Didalam cerita Vyaghari Jataka, terdapat contoh yang baik mengenai kasih sayang ini, diamana Sutasoma sebagai seorang Bodhisatva telah mengorbankan hidupnya untuk menolong seekor macan betina kelaparan yang ingin memakan anak-anaknya sendiri yang masih kecil guna menghilangkan laparnya. Bodhisatva Sutasoma mencegah niat macan itu dan sebagai gantinya ia memberikan tubuhnya sendiri untuk dimakan.
        Sesungguhnya unsur kasih sayang yang mendorong seseorang menolong orang lain dengan ketulusan hati. Orang yang memiliki kasih sayang murni tidak hidup hanya untuk dirinya sendiri, melainkan untuk orang lain juga. ia mencari kesempatan untuk dapat menolong orang tanpa mengharapkan balas jasa apapun, baik materi maupun penghormatan. siapakah orang yang menjadi sasaran kasih sayang itu? ialah orang-orang yang miskin yang membutuhkan bantuan, orang-orang sakit, orang-orang bodoh, orang-orang jahat, orang-orang kotor dan juga orang-orang mulia tanpa membedakan agama ataupun bangsanya. 
       Orang-orang yang kejam, pendendam, pemarah, lobha angkara murka dan bodoh patut mendapat kasih sayang sama seperti halnya pada orang-orang yang menderita sakit jasmani atau batin. Mereka hendaknya jangan dibenci, dicerca, decemoohkan, atau dihina, sebaliknya kita harus menaruh belas kasihan dan sayang kepada mereka karena mereka itu orang-orang yang sia-sia dan cacat. Walaupun seorang ibu memilki rasa kasih sayang yang sama kepada anak-anaknya, namun ia seharusnya menaruh kasih sayang yang lebih besar kepada anaknya yang sakit bahkan kasih sayangnya harus diberikan lebih besar lagi kepada anaknya yang sakit batinya, karena penyakit batin itu akan merusak hidunya. sama seperti halnya metta yang telah diuraikan diatas maka kasih sayang (karuna) pun harus dipancarkan tanpa batas terhadap semua makhluk hidup yang menderita dan yang patut ditolong termasuk pula binatang.

    3. Mudita (rasa simpati)

          Sifat luhur yang ketiga adalah mudita atau rasa simpati yaitu ikut merasa bahagia melihat orang lain berbahagia atau perasaan gembira yang dapat menghilangkan rasa iri hati. Kerap kali terjadi bahea banyak orang yang tidak tahan apabila melihat atau mendengar keuntungan dan kebahagiaan orang lain, mereka senang mendengarkan kegagalan atau kesusuahan tetapi merasa tidak senang melihat kemajuan orang lain. Mereka bukannya memuji atau mengucapkan selamat kepada orang yang beruntung itu tetapi malah berusaha mengacau, memfitnah, menjelekkanorang tersebut. Salah satu cara untuk mengatasi perasaan iri hati ini adalah mudita karena mudita dapat mencabut akar-akar iri hati yang merusak. Disamping itu mudita juga dapat menolong orang lain karena dengan memiliki mudita seorang tak akan menghalangi kemajuan dan kesejahteraan orang lain.
        Sama pula halnya seperti metta, orang akan lebih mudah bergembira dan bersimpati kepda orang yang dekat dan dicintai tetapi lebih sukar melakukan hal itu terhadap musuhnya yang beruntung. Orang-orang sebenarnya bukan hanya sukar untuk bersimpati atas keberuntungan musuhnya tetapi juga tidak dapat bergembira melihat kebruntungan orang lain. Mereka lalu asik mencari dan membuat rintangan-rintangan untuk menghancurkan musuhnya, bahkan tidak jarang mereka sampai berbuat meracun, membakar, menggantung, menembak orang-orang yang baik. Corak utama dalam mudita ialah perasaan bahagia melihat kemakmuran dan kesejahteraan orang lain. Mudita dipancarkan kepada semua makhluk yang makmur dan sejahtera yang merupakan sikap ikut merasa berbahagia dan bersyukur, mudita dapat melenyapkan sifat iri hati, sifat antipati atau sifat tidak senang melihat kemajuan orang lain. 

    4. Upekkha (keseimbangan batin)

       Sifat luhur yang keempat yang merupakan sifat luhur yang paling sukar dan paling penting adalah upekkha (keseimbangan batin). Dalam bahasa Pali, kata "Upa" berarti dekat dan kata "ikh" berarti melihat jadi upekkha  melihat dari dekat yang mempunyai makna: melihat dengan adil, tidak berat sebelah, lurus atau tegak. Secara harifiah upekkha berarti pertimbangan yang lurus, pandangan yang adil atau tidak berat sebelah yaitu tidak terikat atau benci tidak ada rasa senang. Keseimbangan batin sangat penting sekali terutama bagi umat awam yang hidup dalam dunia yang kacau  balau, ditengah-tengah gelombang keadaan yang naik turun tidak menentu ini. Dunia telah terbentuk sedemikian rupa sehingga kebaikan dan kebajikan sering mendapat kritik-kritik dan serangan-serangan yang nagwur dan curang dan bahkan tidak jarang dihambat dan dihalang-halangi. Apabila seseorang dapat memperthankan keseimbangan batin dalam keadaan serupa itu maka dialah seroang pahlawan besar.
        Upekkha bebas dari rasa senang dan tidak senang, sikap tidak berat sebelah adalah corak utama upekkha. Orang yang memiliki upekkha (keseimbangan batin) tidak tertarik oleh semua hal yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Apabila metta mempunyai sasaran terhadap semua makhluk, karuna terhadap makhluk yang menderita, mudita terhadap orang-orang yang beruntung maka upekkha mempunyai sasaran terhadap yang baik atupun yang buruk yang mencinta ataupun membenci dan yang menyenangkan ataupun yang tidak menyenagkan.



     
    PUSTAKA
    Wowor Cornelis MA. 2004. Pandangan Sosial Agama Buddha. Jakarta: Departemen Agama RI

1 komentar: